Dirjen PKH: Tingkatkan Produksi Sapi, Dan Perhatikan Kesejahteraan Hewan
Redaksi dan Informasi pemasangan iklan Hubungi: Admin Pilarpertanian

Dirjen PKH: Tingkatkan Produksi Sapi, Dan Perhatikan Kesejahteraan Hewan

Pilarpertanian - Pilar – Banda Aceh (06/09/2017), Untuk meningkatkan produksi sapi eks impor yang dipelihara oleh kelompok peternak di Provinsi Aceh, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) Drh. I. Ketut Diarmita, MP meminta kepada peternak agar menerapkan prinsip-prinsip kesejahteraan hewan (Kesrawan) dalam budidaya ternak sapi potong. Hal tersebut disampaikannya pada pembukaan Bimbingan Teknis (Bimtek) penerapkan kesejahteraan hewan dalam budidaya ternak sapi potong tanggal 5 September 2017 di Banda Aceh.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sebagaimana diketahui bahwa dalam rangka percepatan penambahan populasi sapi dalam negeri, Pemerintah, melalui Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan telah memberikan bantuan pengadaan sapi indukan Brahman Cross sebanyak 4.397 ekor yang berasal dari Australia pada tahun 2016 kepada182 kelompok peternak terpilih di 3 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara dan Riau.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
I Ketut Diarmita menyampaikan, Provinsi Aceh merupakan salah satu daerah penerima bantuan sapi indukan Brahman Cross tahun 2016, maka diharapkan bantuan pemerintah tersebut dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan populasi sapi potong di dalam negeri”, ucapnya. “Hal ini mengingat sebagai negara besar, kita mempunyai cita-cita untuk mewujudkan swasembada dan ekspor ternak beserta produknya, maka untuk mencapainya harus diupayakan dengan sungguh-sungguh,” tambahnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Berdasarkan data per tanggal 16 Agustus 2017, telah terjadi peningkatan populasi sebanyak 300 ekor dari total populasi awal pemeliharaan yaitu 4.397 ekor menjadi 4.697 ekor atau sekitar 6.8%. Kenaikan tertinggi terjadi di Provinsi Riau, yaitu 12.1% (jumlah kelahiran 165 ekordari 1.362 ekor), diikuti oleh Provinsi Aceh sebesar 8.1% (jumlah kelahiran 92 ekor dari 729 ekor), dan Provinsi Sumatera Utara 3.3% (jumlah kelahiran sebanyak 318 ekor dari total populasi awal 2.306 ekor). Sementara itu data menunjukkan bahwa tingkat kematian mencapai 331 ekor atau 7.53% dari populasi awal. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kelahiran sebesar 6.8%.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Kami sangat mengapresiasi semangat dan kerja keras yang telah dilakukan, baik oleh petugas maupun kelompok peternak dalam upaya mensukseskan upaya peningkatan populasi serta kesejahteraan peternak melalui pengembangan sapi indukan ini”, kata I Ketut Diarmita. Jika dilihat dari data per propinsi, maka terjadi pertumbuhan populasi di Provinsi Aceh dari total populasi awal 729 ekor, menjadi 788 ekor dengan kelahiran sebanyak 92 ekor, kematian sebanyak 33 ekor atau terjadi penambahan sebanyak 59 ekor (8.1%).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Namun demikian, kami juga mengetahui dan dapat memahami berbagai permasalahan-permasalahan yang dialami oleh petugas dan kelompok di lapangan dalam hal memelihara dan mengembangkan ternak Sapi Indukan Brahman Cross yang tentunya berbeda dengan sapi local, sehingga memerlukan pengetahuan, keterampilan, keuletan dan kesabaran untuk dapat mencapai hasil sebagaimana yang kita harapkan”, tutur I Ketut Diarmita.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Lebih jauh lagi, I Ketut Diarmita menjelaskan, di Negara asalnya, sapi-sapi Brahman Cross dipelihara dengan cara ekstensif, dilepas bebas di padang penggembalaan. Sapi-sapi tersebut sangat jarang bertemu dengan manusia, sehingga sulit dikendalikan. Hal tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap cara penanganan dan pemeliharaannya pada saat mereka tiba dan dikembangkan di Indonesia. Untuk itu, diperlukan SDM yang terampil dan memiliki kecakapan khusus untuk menangani sapi-sapi indukan ex Australia tersebut.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Untuk meminimalisir kendala-kendala dan permasalahan di lapangan Ditjen PKH telah melakukan langkah-langkah, yaitu: (1) Penanda tanganan MoU antara Dirjen Peternakan dan Kesehatan hewan dengan Asisten Teritorial Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (Aster TNI AD) pada tangal 28 April 2017 untuk pengawalan di lapangan, sebagai tindak lanjut dari Nota Kesepakatan Kerjasama antara Menteri Pertanian dengan Panglima TNI Nomor 10/MoU/RC.120/M/12/2016 tentang Ketahanan Pangan, dan; (2) Menyiapkan Standar Operasional Prosedur dan Petunjuk Kerja pengawalan terkait pemberian pakan, pemeliharaan ternak, kesehatan hewan penerapan kesejahteraan hewan dan pelaporan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Menurut I Ketut Diarmita, saat ini kesejahteraan hewan menjadi hal-hal yang dipertimbangkan dalam perdagangan Internasional. Berdasarkan amanat Undang– Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang telah diubah dengan UU no. 41 tahun 2014, khususnya Pasal 67, penyelenggaraan kesrawan dilaksanakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah bersama Masyarakat. “Dengan demikian penerapan kesrawan merupakan tanggung jawab bersama”, kata I Ketut Diarmita.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan peradaban. Pemerintah juga telah menunjukkan kepeduliannya terhadap kesejahteraan hewan dengan ikut mendukung deklarasi Universal Declaration of Animal Welfare (UDAW) yang didukung oleh World Society for the Protection Animal (WSPA) pada tahun 2010” ujar I Ketut Diarmita.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Namun, I Ketut Diarmita menyadari, saat ini penerapan kesrawan di lapangan masih terkendala oleh beberapa hal, diantaranya: (1) rendahnya pengetahuan Peternak tentang cara budidaya yang baik, khususnya terkait penerapan kesrawan dan; (2) kurangnya kompetensi Petugas Dinas sebagai pendamping di lapangan terhadap penerapan kesrawan. “Untuk itu kita harapkan, baik para petugas maupun kelompok peternak terpilih yang menerima bantuan tersebut agar dapat menerapkan prinsip-prinsip kesejahteraan hewan guna meningkatkan produksi ternaknya”, himbau I Ketut Diarmita.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Lebih lanjut I Ketut Diarmita menjelaskan, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kesehatan fisik dan mental hewan atau kesrawan dengan produktifitas hewan. Hewan yang mengalami perlakuan atau penanganan yang buruk akan memiliki tingkat reproduksi, pertumbuhan dan produksi yang lebih rendah, karena ketika seekor hewan ditempatkan di lingkungan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (kandang, pakan, air, kontak sosial, suhu atau penanganan hewan), maka fungsi fisiologis tubuh hewan harus menyesuaikan untuk memberi kompensasi.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Mekanisme penyesuaian tubuh dan perilaku yang digunakan untuk 'mengatasi' kondisi yang tidak sesuai ini akan mengalihkan energi dari fungsi penting, seperti pertumbuhan, reproduksi dan produksi, menjadi energi untuk menjaga kondisi internal hewan”, ungkap I Ketut Diarmita. “Oleh karena itu, kesrawan yang buruk dapat mengakibatkan kerugian dalam pertumbuhan, produksi dan reproduksi hewan ternak tersebut”, jelasnya menambahkan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Saya berharap dengan adanya kegiatan bimbingan teknis ini, baik petugas maupun peternak dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang komprehensif, sehingga dapat menjadi referensi dalam mengatasi permasalahan terkait penerapan kesejahteraan hewan di lapangan dan selajutnya peserta juga dapat mensosialisasikan penerapan kesejahteraan hewan sebagai bagian dalam cara budidaya ternak yang baik,” pesan I Ketut Diarmita.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Selain itu, untuk mendukung program UPSUS SIWAB (Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting), I Ketut Diarmita juga menyampaikan, jika kelompok juga memegang peranan penting tidak hanya dalam hal mendukung suksesnya Inseminasi buatan, dan kelahiran pedet, tapi yang lebih penting lagi kelompok peternak harus berperan aktif dalam mencegah pemotongan sapi-sapi betina yang masih produktif. “Pengurasan aset ternak betina kita berawal dari kelompok, dimana bila ternak betina kelompok dibiarkan saja dikuras untuk dipotong, maka bisa dipastikan akseptor-akseptor yang menjadi target penumbuhan populasi akan berkurang dan populasi ternak kita bukannya meningkat melainkan akan berkurang secara pasti”, ungkap I Ketut Diarmita. “Oleh karena itu, saya menghimbau agar kelompok bisa menjadi ujung tombak pengawal ternak betina produktif bahkan ikut serta menyelamatkan mereka dari pemotongan”, pintanya.(AW)


Redaksi dan Informasi pemasangan iklan



Artikel Lainnya

Cabai Harga Murah, Petani Senang, Masyarakat Gembira

Cabai Harga Murah, Petani Senang, Masyarakat Gembira

Pilarpertanian – Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian melaksanakan pasar murah khusus cabai merah dan cabai rawit. Aksi promosi hortikultura ini sebagai upaya pemerintah menyikapi dampak El Nino yang berimbas pada gejolak bahan pokok khususnya cabai. Aksi ini merupakan perwujudan kerja sama pemerintah bersama champion cabai. Kegiatan ini dilaksanakan serempak selama sepekan mulai 15 – 21 […]

Kementan Dorong Pelaku Usaha Terjun ke Bisnis Pertanian Organik

Kementan Dorong Pelaku Usaha Terjun ke Bisnis Pertanian Organik

Pilarpertanian – Pertanian berbasis organik adalah sistem budidaya tanaman yang memanfaatkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintetis, menghasilkan produk pangan yang sehat, aman dikonsumsi dan bernilai ekonomis tinggi, ramah lingkungan, serta dapat mengurangi biaya produksi dari pembelian pupuk dan pestisida kimia. Dengan semua kelebihan tersebut, pertanian organik memiliki prospek bisnis yang sangat menguntungkan untuk […]

Mentan Semobil dengan Presiden, Pupuk Subsidi Dipermudah dan Ditambah

Mentan Semobil dengan Presiden, Pupuk Subsidi Dipermudah dan Ditambah

Pilarpertanian – Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman (Mentan Amran) semobil dengan Presiden RI, Joko Widodo menuju Alun-Alun Kanjen, Pekalongan. Menggunakan mobil kepresidenan berwarna hitam dengan plat bertuliskan Indonesia, keduanya terpantau menuju acara Pembinaan Penyuluh Pertanian dan Petani di Provinsi Jawa Tengah (Jateng). Tiba dan langsung disambut puluhan ribu Petani, Penyuluh, dan Babinsa, Presiden Jokowi menegaskan […]

Hadir di Jawa Tengah, Presiden Ajak Petani, Penyuluh dan Babinsa Tingkatkan Produktivitas

Hadir di Jawa Tengah, Presiden Ajak Petani, Penyuluh dan Babinsa Tingkatkan Produktivitas

Pilarpertanian – Setelah melakukan Pembinaan Penyuluh Pertanian dan Petani Wilayah Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Jawa Barat dan Kalimantan Tengah, kini Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan kegiatan serupa di Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan yang dihadiri oleh Presiden RI Joko Widodo, Menko PMK, Menteri Pertanian, Panglima TNI, Anggota DPR RI, DPRD dan DPD, Plt Gubernur Jateng […]

Peringati Hakordia 2023, Mentan Amran Minta Pegawai Perangi Korupsi Sampai Ke Akarnya

Peringati Hakordia 2023, Mentan Amran Minta Pegawai Perangi Korupsi Sampai Ke Akarnya

Pilarpertanian – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meminta jajaran kerjanya di lingkup Kementerian Pertanian (Kementan) untuk memerangi tindak pidana korupsi sampai ke akar-akarnya. Memerangi korupsi dinilai penting karena saat ini Kementan tengah fokus pada capaian swasembada. Demikian disampaikan Mentan saat menghadiri Peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) sekaligus Pembinaan Mental bertema “Sinergi Berantas Korupsi, […]

Nanas Asal Desa Jangan-Jangan Sangat Diminati di Pasar Internasional

Nanas Asal Desa Jangan-Jangan Sangat Diminati di Pasar Internasional

Pilarpertanian – Nanas, buah tropis yang kian populer di Indonesia, mengalami pertumbuhan ekspor yang signifikan. Sesuai data BPS RI, produksi nanas Indonesia pada 3 tahun terakhir mengalami peningkatan. Produksi nanas tahun 2020 sebesar 2.447.520 ton, 2021 sebesar 2.886.417 ton dan tahun 2022 sebesar 3.203.775 ton. Data ekspor 2020 sebanyak 6.419,08 ton dan nilai USD 3.803.933,54, […]

Bawang Sumenep Melimpah, Bawang Goreng Menjadi Alternatif Stabilisasi Harga

Bawang Sumenep Melimpah, Bawang Goreng Menjadi Alternatif Stabilisasi Harga

Pilarpertanian – Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura terus mendorong peningkatan produksi sekaligus membangkitkan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) olahan bawang goreng di sentra-sentra produksi utama. Langkah strategis tersebut dinilai tepat karena mampu menjaga harga di tingkat petani saat produksi melimpah serta bisa menjadi sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat. Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto, […]

Wamentan Harap Pasuruan Tingkatkan Populasi Sapi Perah lewat KUD

Wamentan Harap Pasuruan Tingkatkan Populasi Sapi Perah lewat KUD

Pilarpertanian – Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Harvick Hasnul Qolbi mengatakan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) turut memberikan dampak pada turunnya produksi susu nasional hingga 30-40 persen. Menurut Wamentan, hal tersebut disebabkan banyaknya populasi sapi yang mati akibat PMK tahun lalu. Hal ini disampaikan saat meninjau peternakan sapi perah yang dikelola oleh Koperasi Unit Desa (KUD) […]

Ekspor Kapulaga Merupakan Hadiah Ulang Tahun Kabupaten Lumajang ke 768 yang Sangat Membanggakan

Ekspor Kapulaga Merupakan Hadiah Ulang Tahun Kabupaten Lumajang ke 768 yang Sangat Membanggakan

Pilarpertanian – Direktorat Jenderal Hortikultura bekerja sama dengan Kabupaten Lumajang melakukan pelepasan ekspor kapulaga. Kegiatan ini bertepatan langsung dengan peringatan Hari Jadi Kabupaten Lumajang ke 768. “Kami sangat mengapresiasi kegiatan ekspor hortikultura khususnya kapulaga. Keberhasilan ini merupakan bukti bahwa tanaman obat kita mampu bertanding di ranah internasional,” kata Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto dalam keterangan […]