Dorong Transformasi Agribisnis, Kementan Gelar Workshop on Development and Growth the Farmers Economic Institutions
Pilarpertanian - Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) sukses menyelenggarakan Workshop on Development and Growth the Farmers Economic Institutions yang digelar pada 29-30 Juli 2025 secara online. Kegiatan ini menjadi forum strategis dalam memperkuat Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP) untuk mendorong transformasi agribisnis yang inklusif, berkelanjutan, dan berbasis komunitas di kawasan ASEAN.
Workshop ini menghadirkan delegasi dari negara-negara ASEAN seperti Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand serta observer dari Timor Leste. Para peserta berbagi pengalaman, kebijakan, serta praktik terbaik dalam pengembangan KEP di negara masing-masing, termasuk tantangan yang dihadapi dalam hal legalitas, manajemen kelembagaan, pembiayaan, hingga pemasaran hasil pertanian.
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman mendorong penguatan kelembagaan ekonomi petani. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi pertanian, serta kesejahteraan petani. Penguatan kelembagaan petani juga dianggap penting untuk mencapai ketahanan pangan nasional.
Senada, Idha Widi Arsanti, Kepala BPPSDMP dalam sambutannya menyampaikan bahwa penguatan kelembagaan petani adalah kunci dalam memperkuat posisi tawar petani di pasar, meningkatkan efisiensi rantai pasok, dan memperluas akses terhadap pembiayaan dan teknologi. Beliau berharap dukungan kebijakan, pelatihan, serta pendampingan dari masing-masing negara representatif untuk memastikan keberlanjutan kelembagaan tersebut.
Selama kegiatan, peserta juga melakukan diskusi kelompok untuk merumuskan langkah konkret kerja sama regional dalam penguatan KEP, termasuk kemungkinan harmonisasi standar, inisiatif pelatihan bersama. Salah satu poin penting yang mengemuka adalah pentingnya dukungan dari penyuluh pertanian di lapangan sebagai penggerak dalam mendampingi kelompok tani menuju kelembagaan yang kuat dan berdaya saing.
Kegiatan ini diakhiri dengan penyampaian action plan dari masing-masing negara peserta, yang mencerminkan komitmen bersama dalam membangun kelembagaan petani yang adaptif dan siap menghadapi tantangan global seperti krisis pangan, perubahan iklim, dan disrupsi rantai pasok.(BB)