Duo-Bio Ramaikan PENAS XVI Padang

Duo-Bio Ramaikan PENAS XVI Padang
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Menggelar Kegiatan Bimbingan Teknis tentang Biosaka dan Bioyoso di Padang, Sumatera Barat.

Pilarpertanian - Kegiatan PENAS XVI Padang setiap hari diramaikan dengan bimbingan teknis (bimtek) yang digelar oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Berbagai topik menarik disajikan di sini dan selalu riuh dipadati pengunjung yang antusias menyimak materi yang disampaikan oleh para narasumber.

Pada hari kelima (14/6), rumah bimtek menyajikan topik Duo-Bio, yaitu Biosaka dan Bioyoso. Seperti hari-hari sebelumnya, materi Biosaka disampaikan langsung oleh penggagasnya yaitu Muhammad Anshar serta dilengkapi dengan materi peningkatan potensi sel tubuh oleh Handayani atau yang akrab disebut Hanik dari Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo.

Sebagaimana Biosaka, materi Bioyoso juga disampaikan langsung oleh penemunya yaitu Mbah Yoso Marsono dari Sukoharjo. Topik yang digagas oleh Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ini menjadi penutup kegiatan bimtek Penas dan mendapat perhatian lebih dari 250 orang pengunjung yang setia mengikuti hingga akhir acara. Bimtek ini juga disiarkan secara langsung melalui Webinar Bimbingan Teknis & Sosialisasi (BTS) Propaktani Ditjen Tanaman Pangan.

Menurut Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah, Herawati Prarastyani, menyikapi kondisi lingkungan pertanian yang semakin kritis saat ini, Mbah Yoso memiliki inovasi pengendalian tikus yang terbuat dari bahan-bahan alami. “Bioyoso ini merupakan salah satu solusi pengendalian tikus yang ramah lingkungan selain penggunaan rubuha dan gropyokan,” ungkap Hera.

Penggagas Bioyoso yang akrab dipanggil Mbah Yoso ini menuturkan bahwa Bioyoso terbuat dari bahan-bahan yang murah dan cara pembuatannya pun juga mudah. “Bahan-bahannya antara lain umbi gadung, kulit kayu kamboja, bekatul, beras, ikan segar masing-masing sebanyak 1 kg ditambah 4 buah ragi tape. Cara membuatnya bahan-bahan tersebut dipotong-potong dan dihaluskan, kecuali ragi tape dihancurkan dan ditaburkan merata ke campuran bahan,” jelas Mbah Yoso.

Fasilitator bimtek, Yadi Kusmayadi dari Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) mengatakan jika selama bimtek berlangsung, peserta sangat antusias menyimak materi. “Para peserta sangat bersemangat karena selama ini hanya melihat penggagas Biosaka dan Bioyoso melalui Youtube saja, tapi di rumah bimtek ini mereka dapat bertemu dan mendapatkan materi langsung dari Pak Anshar dan Mbah Yoso,” tutur Yadi.

Dalam arahannya secara virtual, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi memaparkan bahwa pengendalian hama dan penyakit tumbuhan/OPT sebaiknya diupayakan secara preventif (preemtif) daripada kuratif (responsif), sehingga masih memungkinkan kita untuk melakukan pengendalian secara ramah lingkungan. “Untuk pengendalian tikus, dapat dilakukan dengan sanitasi, cek lubang aktif tikus, pemasangan rumah burung hantu (rubuha), dan dengan bahan-bahan alami seperti Bioyoso ini. Ini adalah inovasi petani, yaitu mbah Yoso, seperti halnya Biosaka oleh Anshar, kita harus mendukung pengembangannya dan terbukti sudah berhasil di beberapa daerah,” pungkas Suwandi.

Hal ini sesuai dengan arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo yang menegaskan kepada seluruh jajarannya dan masyarakat pertanian agar menjaga kedaulatan serta kemandirian pangan dengan inovasi-inovasi di bidang pertanian. Dengan demikian, kita dapat mencapai produksi yang tinggi, biaya yang murah, kesejahteraan petani meningkat dan lingkungan tetap lestari.(ND)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan