Gerakan Antisipasi Darurat Pangan Nasional Petani Dituntut Manfaatkan Teknologi Informasi
Pilarpertanian - Dampak dari harga beras mengalami kenaikan sekitar Rp 16.000 per kilogram, tidak membawa keuntungan yang signifikasi bagi kesejahteraan petani, karena ongkos produksi mahal yang disebabkan kelangkaan pupuk yang mahal. Menanggapi hal itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menjelaskan, “Memang dalam meningkatkan produktivitas memerlukan seorang petani yang cerdas, tidak boleh malas,” ujarnya saat Konferensi Pers secara online menjelang pelaksanaan ToT Gerakan Antisipasi Darurat Pangan Nasional, Selasa (23/4/24) di Jakarta.
Lebih jauh ia menjelaskan, petani dituntut mampu memanfaatkan teknologi informasi dalam penggunaan benih yang baik, pemberian pupuk dengan takaran yang tepat, dilakukan secara efisien dan efektif. Tidak seenaknya sendiri, harus disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. “Bila berlebihan, bisa merusak hara tanah dan ongkos produksi pun mahal. Dengan demikian, bagaimana mungkin bisa menguntungkan petani.” kata Dedi Nursyamsi.
Oleh karena itu, mengingat padi merupakan salah satu komoditas yang strategis, diperlukan upaya untuk meningkatkan produksi padi dan perluasan lahan, sehingga tingginya permintaan masyarakat terhadap komoditas ini, harus diantisipasi dengan mengenjot produksi dalam mencukupi kebutuhan dalam negeri.
“Kunci dalam Gerakan Antisipasi Darurat Pangan Nasional adalah meningkatkan produksi karenanya, segala sumber daya dan dukungan perlu difokuskan dalam peningkatan produksi pada musim tanam yang sedang berlangsung maupun yang akan datang,” sebut Dedi.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, dalam berbagai kesempatan menyampaikan, sektor yang paling siap membangun kehidupan Indonesia yang lebih baik, besok maupun yang akan datang adalah pertanian dan SDM menjadi tulang punggung penggerak pembangunannya. “Krisis pangan sama dengan krisis keamanan dan politik. Pangan adalah senjata kita, dan kita harus menekan impor bahkan harus bisa menyetop impor, kita harus ekspor,” ujarnya.
“SDM Pertanian mulai dari penyuluh hingga para petani harus bergerak cepat mengambil bagian menjaga ketahanan pangan,” sambung Mentan.
Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian yang akan menggelar Training of Trainers (TOT) pada 2-4 Mei 2024 mendatang, bertajuk ‘Gerakan Antisipasi Darurat Pangan Nasional’ bagi Widyaiswara, Dosen, Guru, Penyuluh Pertanian dan Bintara Pembina Desa (Babinsa). “Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta dalam peningkatan produksi padi melalui optimalisasi lahan rawa dan pompanisasi di lahan sawah tadah hujan, serta pemanfaatan lahan perkebunan untuk padi gogo. Hal ini dilakukan melalui Gerakan Antisipasi Darurat Pangan Nasional.” kata Dedi.
Dedi juga mengatakan bahwa Kementerian Pertanian selama ini telah menerapkan pendekatan yang holistik dalam mendukung budidaya padi termasuk jagung. “Dukungan sarana dan prasarana ditujukan pada proses hulu sampai hilir, dari penyiapan lahan sampai pengolahan. Pada setiap proses ini, upaya peningkatan kapasitas SDM juga terus dilakukan,” katanya.
Dedi pun berharap, melalui kegiatan TOT ini dapat saling bersinergi untuk meningkatkan kualitas kegiatan pelatihan pertanian, yang secara tidak langsung berkontribusi terhadap kemajuan pertanian di Indonesia secara berkelanjutan.
Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari dilakukan secara tatap muka di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang dan secara online serentak di UPT Pelatihan Pertanian, Kantor Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/kota, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), dan Kantor KORAMIL di seluruh Indonesia.
Kegiatan ini akan diikuti 120.641 peserta yang terdiri dari 187 widyaiswara, 262 dosen, 70 guru UPT Pendidikan Pertanian, 24.607 penyuluh pertanian PNS, 12.480 penyuluh pertanian PPPK, 1.385 penyuluh pertanian THL Pusat, 8.775 penyuluh pertanian THL Daerah, serta 72.875 Bintara Pembina Desa (BABINSA). Dari jumlah tersebut, 100 peserta mengikuti pelatihan secara tatap muka yang terdiri atas 12 widyaiswara, 4 guru, 64 penyuluh pertanian, 16 babinsa, dan 4 dosen. (E14)