Keputusan Impor Beras Tidak Bijak

Keputusan Impor Beras Tidak Bijak
Redaksi dan Informasi pemasangan iklan Hubungi: Admin Pilarpertanian

Pilarpertanian -  Pilar – Terkait Keputusan Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita untuk mendadak membuka keran impor beras sebesar 500.000 ton sangat disayangkan Pengamat dan Akademisi Universitas Gajah Mada (UGM) Dr. Bagus Santoso. Menurut pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM tersebut dari infomasi lapangan yang diperoleh, kuantitas panen petani saat ini cukup baik. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Jadi kuantitasnya kali ini tidaklah jeblok, apalagi puso. Malah banyak petani menghasilkan kualitas medium”, ujarnya, Jumat (12/11/2018)
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dengann begitu, lanjut Bagus, kebijakan mengimpor beras pada saat musim panen begini dan jika hasil impor langsung digelontorkan ke pasar mungkin tidak bijak. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Mengapa? Karena harga gabah kering giling yang diterima petani akan jeblok. Kasihan petani tidak bisa menikmati hasil jerih payahnya dengan optimal”, tambahnya.
Bagus mengatakan perlu juga dicermati bahwa pedagang sangat tertarik mengolah beras kualitas medium menjadi beras kualitas premium dengan cara mengayak dan mengurangi kadar beras pecahnya. Proses mengolah beras medium menjadi beras kualitas premium memberikan keuntungan yang menggiurkan kepada pedagang. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Ini merupakan salah satu penjelasan mengapa kuantitas beras kualitas medium menyusut di pasaran sehingga harganya melonjak belakangan ini”, jelasnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Menurut Bagus, koordinasi yang lebih baik antara Kementan, Kemendag, dan Bulog sangat diperlukan dalam kondisi seperti ini.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Kalau mau impor, para pihak perlu mendengarkan secara seksama masukan Kementan, apakah produksi dalam negeri masih cukup. Jika cukup, sebaiknya Kemendag jangan impor dulu”, tegasnya.
Kemendag perlu melihat apakah ini ulah tengkulak yang sengaja menggoreng harga agar keran impor dibuka. Karena jika keran impor  dibuka waktu musim panen akan mengulang lagu lama, yakni petani bakal tidak makmur.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Bagus juga mengatakan bahwa Bulog seharusnya perlu antisipatif dan bermain aktif kebutuhan stok beras di pasar sehingga konsumen tidak dirugikan dan petani diuntungkan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Bulog janganlah pasif apalagi ‘bermain’ untuk kepentingan kelompok atau peribadi dengan merugikan petani dan membuat konsumen kepayahan oleh harga pangan melangut”, pungkasnya.(RS).

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan