Miniatur Pengolahan Lahan Kering Masam di KP Taman Bogo
Pilarpertanian - Pilar Pertanian – Kebun Percobaan (KP) Taman Bogo, Lampung Timur, merupakan salah satu aset spesial yang dimiliki oleh Balitbangtan. Kebun percobaan yang bernaung dibawah Balai Penelitian Tanah (Balittanah) ini dikatakan spesial karena merupakan miniatur representatif lahan kering masam di Indonesia.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Tanah kering masam di Indonesia dicirikan dengan pH rendah atau pH tanah < 5,5. Rendahnya pH tanah ini seringkali menjadi penyebab utama menurunnya produktivitas tanaman karena tidak tersedianya unsur hara yang diperlukan tanaman.
Penciri utama adalah tingginya tingkat kemasaman tanah. Hal ini mengakibatkan tingginya kandungan besi, aluminium dan mangan sehingga ketersediaan unsur hara terutama fosfor dan kalium menjadi rendah yang juga diikuti dengan rendahnya nilai kejenuhan basa. Kondisi ini akan menghambat pertumbuhan tanaman.
Namun kondisi tersebut masih dapat diberikan perlakuan sehingga petani dapat memanfaatkan lahan kering masam yang tersebar luas di Indonesia. Balitbangtan telah menghasilkan beberapa inovasi teknologi yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan kering masam dan telah diuji di KP Taman Bogo ini.
Inovasi teknologi yang dapat diterapkan pertama adalah pengapuran baik menggunakan dolomit ataupun kapur pertanian dengan tujuan untuk meningkatkan pH tanah. Dengan peningkatan pH maka unsur hara fosfor dan kalium yang semula tidak tersedia karena terikat oleh aluminium dan besi akan menjadi tersedia. Selanjutnya diikuti dengan aplikasi bahan organik yang berperan dalam meningkatkan kualitas sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Teknologi lain dalam pengolahan lahan kering masam adalah aplikasi fosfat alam (rock phosphate), aplikasi bahan organik dan amelioran (bahan peningkat kesuburan tanah), serta pertanaman dengan sistem Alley Cropping atau sistem pertanaman lorong dengan pemupukan berimbang. Ketiganya telah teruji dapat mengatasi kendala kesuburan tanah di lahan kering masam dan terbukti mampu meningkatkan produktifitas tanaman.
Buktinya dapat dilihat dari hasil penelitian dengan aplikasi rock phosphat sebanyak 1 ton/ha yang dilengkapi paket 1 ton/ha dolomit serta pemberian bahan organik minimal 2 ton/ha pada budidaya jagung dengan pola tanam zig zag dapat menghasilkan produksi tertinggi pipilan basah 13 t/ha atau menghasilkan pipilan kering 10 t/ha. Secara rata-rata, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar 10 ton/ha pipilan basah atau pipilan kering 8.2 ton/ha.
Sistem Alley Croping atau pertanaman lorong juga salah satu inovasi teknologi yang dapat diterapkan di lahan kering masam. Penelitian yang telah dilaksanakan di KP Taman Bogo, sistem alley cropping dengan tanaman lorong Flemingia congesta (hahapaan/otok-otok kebo), produksi padi gogo mencapai 4.5 ton/ha GKP sedangkan yang menggunakan pertanaman biasa hanya 2,5 t/ha. Selanjutnya alley cropping pada tanaman jagung dapat menghasilkan produksi pipilan kering 6.6 t/ha, dan pertanaman biasa hanya mencapai 3 t/ha.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan penerapan inovasi teknologi dan pengelolaan lahan yang tepat disertai dengan pemupukan yang berimbang, produktivitas tanaman dapat ditingkatkan walau dibudidayakan di lahan kering masam. (bs)