Panen Raya di Pandeglang, Dampak Keberhasilan Mengatasi Paceklik

Panen Raya di Pandeglang, Dampak Keberhasilan Mengatasi Paceklik
Redaksi dan Informasi pemasangan iklan Hubungi: Admin Pilarpertanian

Pilarpertanian - Pilar – Memasuki puncak musim penghujan saat ini, dengan kondisi alam yang kurang bersahabat untuk beberapa wilayah, menjadikan ketersedian pangan pokok menjadi krusial di akhir tahun. Di tambah lagi di periode 3 bulan pada interval Juli hingga September dianggap sebagai periode yang kurang tepat untuk menanam padi, menjadikan periode akhir tahun diproyeksikan sebagai periode paceklik bagi pangan Indonesia terutama beras. Jika pemerintah tidak mampu menaggulangi dengan baik, maka akan menimbulkan permasalahan di masyarakat.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Kementerian Pertanian saat ini telah lebih jeli melihat situasi tersebut sebagai siklus yang terulang dari tahun ke tahun. Faktanya, kondisi tersebut bisa berbalik 180 derajat. Di berbagai wilayah Indonesia saat ini tengah melaksanakan panen raya padi baik di Pulau Jawa yang memang dikenal sebagai lumbung padi, maupun di luar Jawa.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Beberapa hari ini Pilar online : www.pilarpertanian.com terus melaporkan panen padi di beberapa daerah. Hari ini, Senin (18/12/2017) panen raya padi dilaksanakan di Kabupaten Pandeglang, Banten. Kepala Badan Penyuluh dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPPSDMP) Kementerian Pertanian Momon Rusmono turut hadir melaksanakan panen raya bersama para petani dan jajaran SKPD wilayah setempat. Bertempat di Desa Gunung Putri Kecamatan Banjar Kabupaten Pandeglang.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Momon menyatakan sangat senang ketika hadir di lokasi panen ini. “Hari ini saya senang, kenapa?, karena yang pertama ketua Gapoktannya ini anak muda, usianya baru 26 tahun. Dia memimpin Gapoktan Cipanas, dengan jumlah anggota 56 orang, dan 20 orang diantaranya adalah anak-anak muda. Jadi disini proses regenerasi petani sudah jalan”, terang Momon dengan wajah berseri-seri.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Yang jauh lebih senang lagi, lanjut Momon, hari ini ada hamparan panen yang siap dipanen dalam 5 hari ke depan seluas 80 hektar dari 256 hektare (siap panen). Artinya produksi padi di Kabupaten Pandeglang ini terus tersedia (mencukupi).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Kabupaten Pandeglang sendiri merupakan salah satu kabupaten lumbung padi untuk wilayah Banten, dimana mampu menyumbangkan 30 persen dari total produksi Provinsi Banten. Untuk bulan Desember 2017 ini, Pandeglang diproyeksikan akan panen berkisar 7.000 hektare. Dengan produktivitas rata-rata 6 ton gabah kering panen per hektare, atau jika dikonversikan ke dalam beras berkisar 21.000 ribu ton (dengan penyusutan 50 persen).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dengan jumlah penduduk 1,2 juta jiwa, kebutuhan beras Pendeglang sendiri berada di kisaran 10.500 ton per bulan. Dengan demikian terlihat dengan jelas bahwa kondisi beras di Pandeglang lebih dari cukup.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Lebih jauh dijelaskan oleh Momon bahwa di tingkat Provinsi Banten, kondisi lahan sawah siap panen di bulan Desember ini terhitung 22 ribu hektare. Angka tersebut jika dikonverisikan ke beras menjadi hampir 70 ribu ton beras. Angka tersebut dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan yang ada.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Seperti diketahui sebelumnya, Kementan sacara tidak langsung telah menetapkan standar aman luas taman secara nasional.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dengan jumlah kebutuhan beras nasional di kisaran 2,6 juta ton per bulan, Kementan menargetkan luas tanam di atas 1 juta hektare per bulan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dengan luas tanam di angka 1 juta tersebut, diperkirakan saat panen mampu menghasilkan setara 3 juta ton beras. Hal ini terus dijaga konsistensinaya setiap saat dengan berbagai upaya yang tentunya dengan dukungan langsung dari Kementan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Strategi Kementan meningkatkan produksi padi pada masa paceklik adalah dengan peningkatan luas tambah tanam (LTT), peningkatan IP (indeks pertanaman), bantuan benih unggul, bantuan alat mesin pertanian, hingga asuransi pertanian, telah memberikan dampak yang tepat untuk memantapkan keberlanjutan swasembada pangan”, tegas Momon. (RS).

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan