Tanam Padi di Lamongan Terkendala Air, Kementan Bantu Pompanisasi dari Bengawan Solo
Pilarpertanian - Pemerintah memastikan percepatan tanam padi yang gencar dilakukan melalui pengawalan dan pendampingan sehingga proses produksi berjalan lancar.
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman mengatakan Kementan terus konsisten melakukan upaya peningkatan produksi padi dan jagung serta penanganan permasalahan pertanian di Indonesia.
“Kita terus melakukan kunjungan ke wilayah yang petaninya memiliki sejumlah persoalan. Kita cari solusinya, kita berikan bantuan agar para petani bisa bekerja lebih optimal dan produktif,” kata Mentan Amran.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi kunjungan lapangan mensolusi terkendala air serta menggerakkan percepatan olah tanah di wilayah Kabupaten Lamongan.
“Arahan Pak Mentan, kita terus melakukan upaya penyelesaian masalah pertanian, khususnya petani padi” kata Suwandi didampingi Kadis Pertanian Lamongan yang ikut dalam kegiatan kunjungan, Wahyudi.
Suwandi menyebut dua desa di Kecamatan Maduran, Kabupaten Lamongan itu yakni Desa Turi dan Desa Blumbang terkendala pasokan air ke lahannya.
“Kendala ini dirasakan para petani sejak Juli 2023 lalu. Air hujan dan irigasi yang ada tidak mencukupi kebutuhan air untuk lahan, mereka tidak bisa bertanam padi lebih 8 bulan, nganggur” papar Suwandi.
Suwandi menyebut, solusi permasalahan itu tidak bisa dilakukan dengan cara membuat sumur submesible, karena air di dalam tanah itu asin. Sehingga, Kementan akan membantu berupa pompanisasi dari sungai Bengawan Solo.
“Perlu pompa dan pipanisasi dari sungai Bengawan Solo, perlu dimodifikasi dinamo sehingga bisa digunakan tenaga listrik. Di Desa Turi membutuhkan pompanisasi dengan pipa sepanjang 300-500 meter iuntuk mengairi lahan seluas 144 hektare,” terang Suwandi.
Sedangkan untuk Desa Blumbang, Kecamatan Maduran membutuhkan pompanisasi dari Sungai Bengawan Solo dengan ukuran 24 PK.
“Di Desa Blumbang, perlu pompa 24 PK dan pompa pendorong sebanyak dua unit dan pipanisasi dari Bengawan Solo jaraknya perkiraan 10 meter untuk mengairi lahan seluas 56 hektare,” jelas dia.
Biaya operasional untuk bahan bakar pompanisasi itu perlu biaya Rp2,45 juta per hektare dalam semusim.
Itu yang menggunakan BBM, kalau yang menggunakan listrik lebih hemat sekitar Rp600 ribu hingga Rp1 juta per hektare per musim.
Suwandi mengaku, perbantuan itu akan segera dilakukan sebagaimana arahan Mentan Amran yang memerintahkan jajarannya untuk kerja cepat dalam menyelesaikan permasalahan pertanian yang dikelola warga lokal. Ini sedang mendata masalah dan mensolusi kebutuhan pompa, traktor, benih dan lainnya serta percepatan olah tanah dan bertanam dengan pompanisasi di daerah aliran sungai di wilayah Jawa Timur.
“Pak Mentan berpesan untuk kerja cepat dalam menyelesaikan lapangan, Sehingga para petani bisa cepat bertani, berproduksi dan bisa menikmati panennya” tutup dia.(ND)