Targetkan 10 Provinsi, Gerakan Nasional Penanganan Dampak El Nino Dimulai di Sumatera Selatan
Pilarpertanian - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) meninjau tanam padi perdana dalam Gerakan Nasional (Gernas) Penanganan Dampak El Nino di Desa Pelabuhan Dalam, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan (Sumsel), Senin (7/8/2023).
Usai menerima laporan langsung terkait kesanggupan Pemprov Sumsel dalam memenuhi cadangan beras nasional sebanyak 200 ribu ton, Mentan SYL memastikan bahwa kebutuhan beras dalam menghadapi cuaca buruk El Nino dalam kondisi aman.
“Selain beras, daerah Sumsel juga akan mempersiapkan lahan tetap atau lahan eksisting yang masih memiliki air kurang lebih sekitar 150 ribu hektar. Selanjutnya, lahan tersebut diproyeksikan menjadi lumbung pangan bagi Provinsi Sumatera Selatan,” ujar Mentan SYL.
Sementara itu, Gubernur Sumsel, Herman Deru menyampaikan terima kasih atas perhatian jajaran Kementan terhadap gerakan nasional tanam padi El Nino. Terlebih, Sumsel diberi bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk menambah perluasan tanam dan lahan.
Tak hanya Sumsel, Gernas Penanganan Dampak El Nino juga digelar di sejumlah provinsi lainnya selama periode Agustus-Oktober 2023. Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan lokasi Gernas El Nino dilaksanakan di lahan seluas 500.000 hektar (ha) di 10 provinsi yang terdiri dari 6 provinsi utama dan 4 provinsi pendukung.
Provinsi utama di Sumatera Utara dengan luas tambahan tanam Gernas periode Agustus-Oktober 2023 adalah 45.000 ha di 13 Kabupaten, Sumatera Selatan 74.500 ha di 10 Kabupaten, Jawa Barat di Kabupaten, Jawa Timur di 14 Kabupaten, Jawa Tengah di 22 Kabupaten, serta Sulawesi Selatan di 11 Kabupaten, provinsi pendukung meliputi, Lampung di 6 Kabupaten, Banten di Kabupaten, Kalimantan Selatan di 9 Kabupaten, serta NTB di 5 Kabupaten, dengan total 10 provinsi 500.000 hektar.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, dalam mengantisipasi pengaruh fenomena El Nino, Kementan menyiapkan berbagai langkah antisipasi dini, memitigasi risiko maupun adaptasi kegiatan budidaya terhadap fenomena El Nino serta kolaborasi dengan berbagai pihak.
“Prediksi BMKG, tahun ini El Nino akan lebih berdampak pada wilayah Pulau Jawa, NTB, Bali, atau Sumatera Selatan. Sedangkan wilayah-wilayah tersebut merupakan sentra produksi pertanian terbesar di Indonesia. Semoga Gernas El Nino ini berjalan optimal,” tutur Mentan SYL.
Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sebagian besar wilayah di Indonesia telah memasuki musim kemarau dan puncaknya diprakirakan terjadi pada bulan Agustus dan September 2023. Kondisi juga diperparah dengan terjadinya El-Nino Lemah Moderat pada Juni-Juli lalu, sehingga sebagian besar wilayah mengalami kondisi curah hujan yang sangat rendah.
Menurut Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Suwandi menyampaikan El Nino menyebabkan dampak langsung terhadap sektor pertanian, diantaranya kekeringan, perubahan musim tanam, serangan OPT, resiko produksi produktivitas, dan lainnya.
Karenanya, ungkap Suwandi, pihaknya telah menyiapkan sejumlah strategi. Mulai dari gerakan percepatan tanam, gerakan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) sebagai upaya pengendalian hama dan penyakit tanaman, hingga gerakan penanganan dampak perubahan iklim (DPI).
Adapun aksi nyata yang dilakukan adalah dengan koordinasi, pendataan atau pemetaan wilayah, penyediaan sumber pengairan, distribusi benih, distribusi pupuk, gerakan percepatan tanam, gerakan penanganan kekeringan dan gerakan pengendalian OPT, pengawalan asuransi dan pembiayaan KUR petani, panen dan pascapanen serta offtakernya.(ND)