Antisipasi Krisis Pangan, Kementan Perkuat Peran Penyuluh Pertanian Aceh

Antisipasi Krisis Pangan, Kementan Perkuat Peran Penyuluh Pertanian Aceh
Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Siti Munifah Saat Melakukan Pembinaan Penyuluh di NAD.

Pilarpertanian - Kementerian Pertanian (Kementan) tidak main-main menanggapi ancaman krisis pangan akibat perubahan iklim dan cuaca. Langkah antisipasi yang dilakukan diantaranya dengan penguatan peran para penyuluh pertanian serta program Perluasan Area Tanam (PAT). Hal ini juga yang dilakukan Kementan di Provinsi Aceh.

Melalui Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Siti Munifah, Kementan melakukan safari kerja di Provinsi Aceh, Senin-Kamis (19-22/8/2024). Agenda utama kunjungan ini adalah melakukan pembinaan kepada penyuluh di Aceh sekaligus monitoring Program PAT.

Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan solusi cepat peningkatan produksi pertanian yang ditawarkan saat ini adalah PAT. Menteri Amran meyakini apabila program ini dijalankan maka Indonesia dapat mewujudkan swasembada dan juga lumbung pangan dunia.

“Saat ini ada banyak negara yang mengalami penurunan produksi dan ada banyak penduduk dunia yang menderita kelaparan. Karena itu harus kita mitigasi dengan solusi cepat,” sebut Menteri Amran.

Terpisah, Kepala BPPSDMP, Idha Widi Arsanti, menegaskan jika program PAT dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang kedepannya akan semakin meningkat.

Menurutnya, program PAT dapat difokuskan karena kebutuhan ke depan akan sangat kurang dan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang tersedia.

Santi menambahkan, jika peran penyuluh dalam pengawalan program PAT juga sangat krusial untuk memastikan bahwa teknik dan metode yang digunakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sehingga hasil yang dicapai dapat maksimal.

“Para penyuluh pertanian diharapkan dapat memberikan bimbingan dan dukungan teknis yang diperlukan bagi petani di setiap kabupaten,” tegas Santi.

Aceh sendiri adalah provinsi yang menjadi tanggung jawab Sekretaris BPPSDMP, Siti Munifah. Guna memastikan performa dari tim di lapangan dan untuk memotivasi para penyuluh, Siti Munifah bersama tim melakukan rangkaian kunjungan kerja ke beberapa wilayah PAT di provinsi Aceh.

Dalam safari kerja kali ini, Siti Munifah melakukan pembinaan penyuluh di sejumlah lokasi. Pada 19 Agustus, Pembinaan Penyuluh dilakukan di Kabupaten Aceh Tamiang dan Aceh Langsa, kemudian pada 20 Agustus 2024 pembinaan penyuluh di Kabupaten Aceh Utara, serta 21 Agustus 2024 dilakukan pembinaan penyuluh Banda Aceh.

Saat melakukan pembinaan di Langsa, Siti Munifah menjelaskan jika selama ini Provinsi Aceh masih berada di zona merah dalam peringkat nasional dalam program PAT.

“Saya hadir untuk menemukan kendala berdiskusi bersama para penyuluh, TNI di lapangan untuk menemukan solusi agar performa program PAT di Provinsi Aceh dapat meningkat dan peringkat di level nasional juga naik,” terangnya.

Sekretaris Badan menambahkan, kendala yang dihadapi selama ini adalah penyuluh tidak dilibatkan secara aktif dalam mengawal program Kementan. Hal ini berdampak pada laporan realisasi kegiatan yang tidak optimal.

Siti Munifah juga menjelaskan jika kondisi darurat pangan akibat El Nino berdampak pada penurunan luas tanam padi sejak tahun 2022 – 2023 4,2 juta Ha.

“Untuk mengejar ketertinggalan pertanaman, Mentan membuat program strategis dengan bantuan pompanisasi untuk mempercepat pertanaman, meningkatkan IP dan PAT serta optimasi lahan (oplah) lahan rawa. Suksesnya kegiatan strategis ini harus didukung dengan kolaborasi antara Pemda (Penyuluh) dan TNI (Babinsa),” terangnya.

Ia menambahkan, untuk menunjukkan bahwa daerah sudah mengakselerasi PAT, penyuluh wajib melaporkan data ke kabupaten yang selanjutnya diinput PJ kabupaten ke aplikasi Pelaporan Utama.

Untuk itu, Sekretaris BPPSDMP meminta kepada penyuluh untuk fokus menjalankan program PAT melalui pompanisasi, sekaligus menginformasikan rencana Kementan untuk menarik penyuluh daerah menjadi pegawai pusat.

“Mentan mengambil kebijakan kegiatan Program Pompanisasi, Oplah, dan Lahan Kering. Maka dari itu dibutuhkan sinergi penyuluh dan babinsa demi menyukseskan Program Menteri Pertanian. Penyuluh harus pro-aktif berkomunikasi dan kolaborasi dengan PJ kabupaten/kota, Kabid kabupaten/kota, dan operator data dalam memberikan laporan realisasi untuk diinput ke aplikasi laporan utama,” katanya.

Saat melakukan Pembinaan Penyuluh Pertanian Kabupaten Aceh Utara, Siti Munifah hadir bersama Direktur Serealia Ditjen Tanaman Pangan Kementan, Kabid Penyuluhan Distanbun Provinsi Aceh, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Pidie Jaya, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bireuen, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Aceh Utara, Kepala Dinas Kelautan Perikanan, Pertanian dan Pangan Kota Lhokseumawe.

Sekretaris BPPSDMP selaku PJ Antisipasi Darurat Pangan Provinsi Aceh, meminta komitmen penuh penyuluh dan bekerja keras meningkatkan performa di lapangan.

“Penyuluh Pertanian dituntut komitmen untuk meningkatkan peringkat Aceh masuk ke zona hijau dengan cara mengubah kebiasaan diri sendiri dengan kerja keras agar menjadi contoh bagi generasi muda dan generasi penerus,” kata Siti Munifah.

Terkait sulitnya menanam Padi Gogo pada lokasi perkebunan sawit, Ia menambahkan, Menteri Pertanian telah mengambil kebijakan terkait pertanaman Padi Gogo dapat ditanam pada lahan kering lainnya, ladang, kebun praktek BPP, pematang sawah dan lahan lainnya yang biasa ditanami oleh petani.

Tidak hanya itu, Siti Munifah juga mengatakan bantuan Pompa ABT yang telah diterima sebanyak 670 unit di Provinsi Aceh harus segera didistribusikan kepada Poktan. Para Penyuluh harus berkoordinasi dengan Kabid PSP masing-masing daerah untuk mempercepat distribusi dan pemasangan pompa.

“Bagi Kabupaten/Kota yang masih mengusulkan pompa dengan jumlah yang sedikit segera buat surat permohonan susulan untuk penambahan bantuan pompa,” jelasnya.

Siti Munifah juga berkesempatan memberikan arahan dan motivasi kepada Mahasiswa Polbangtan Medan yang sedang melakukan MBKM di Kab. Aceh Utara, harapannya mahasiswa mampu beradaptasi dan dapat membantu penyuluh dan petani, mampu menerapkan ilmu yang selama ini sudah dipelajari di perkuliahan.

Tidak hanya bertemu dengan penyuluh, Sekretaris Badan Siti Munifah juga melakukan Koordinasi dan Pembinaan TIM LO BSIP Provinsi Aceh, pada momen tersebut Ia menyampaikan jika berdasarkan penugasan Mentan terkait antisipasi darurat pangan, harus segera lakukan dialog kinerja antara Kepala BPSIP dengan seluruh pegawainya untuk mensukseskan kegiatan strategis Kementan.

“Tim LO BPSIP segera lakukan komunikasi dengan Kepala Dinas Kab/kota untuk melakukan distribusi pompa ke Poktan. Selain itu harus intens menjalin komunikasi dengan konsolidasi dengan seluruh Koordinator BPP untuk mempermudah dan mempercepat jalur laporan data. Yang harus diperhatikan dalam bekerja adalah fokus pada permasalahan tugas yang dibebankan dan fokus kepada mencari solusi,” jelasnya.

Berlanjut saat melakukan Pembinaan Penyuluh Pertanian Kota Banda Aceh, Siti Munifah yang didampingi Direktur Perbenihan Ditjen TP Kementan, Kepala BPSIP Aceh dan Kodam IM, serta Kadis Pertanian dan Pangan Kota Sabang, Kadis Pertanian Kab. Aceh Besar, Kadis PPKP Kota Banda Aceh dan Kadis Pertanian dan Pangan Kab. Pidie, menegaskan jika Kota Banda Aceh dan Sabang di SK Mentan No. 972 terbaru masuk ke dalam kontribusi sebagai darurat pangan untuk kepentingan nasional.

Ia juga menyampaikan jika Distan Aceh Besar siap membagikan pompa pada hari Sabtu tanggal 24 Agustus 2024 sejumlah 45 unit pompa kepada Kelompok Tani. Dan Padi Gogo yang awalnya 25.498 Ha sebagian besar sudah dipindahkan ke PAT Pompanisasi untuk mengejar ketertinggalan realisasi PAT Aceh.(ES/PW)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan