Dari Inagritech 2025, Wamentan Sudaryono Gaungkan Kolaborasi Besar untuk Stop Impor Beras
Pilarpertanian - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono menekankan pentingnya pertanian berbasis teknologi, kolaborasi lintas sektor, serta keberpihakan nyata kepada petani. Hal ini sebagai langkah memperkuat sektor pertanian menuju swasembada pangan nasional.
Wamentan Sudaryono atau yang akrab disapa Mas Dar ini pun menyampaikan optimisme bahwa Indonesia dapat mencapai swasembada beras pada 2025.
“Kita berada pada momentum penting. Dengan kebijakan yang tepat dan kerja sama dengan seluruh stakeholder, kita yakin dapat swasembada beras di tahun 2025. Ke depan kita tidak akan impor beras, gula konsumsi, garam konsumsi,” kata Wamentan Sudaryono saat membuka Pameran Inagritech 2025 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (29/7/2025).
Wamentan Sudaryono menjelaskan bahwa salah satu komitmen pemerintah mewujudkan swasembada pangan adalah mendengarkan langsung keluhan dari petani. Menurutnya, ada empat persoalan mendasar yang disampaikan para petani, yaitu benih unggul, air atau irigasi, ketersediaan pupuk, dan keterjaminan harga hasil panen.
Mas Dar mengungkapkan bahwa atas arahan Presiden Prabowo Subianto, berbagai kebijakan ditingkatkan untuk mengakomodasi kebutuhan petani tersebut.
“Bapak Presiden telah melakukan berbagai langkah konkret. Alokasi pupuk bersubsidi ditambah, benih berkualitas dibagikan, pelaku pemalsuan benih dan pupuk ditindak tegas, HPP (harga pembelian pemerintah) gabah ditetapkan minimal Rp6.500 per kilogram untuk semua kualitas,” jelasnya.
Wamentan Sudaryono mengungkapkan, bahwa berkat penyerapan gabah langsung dari petani oleh Perum Bulog, cadangan beras pemerintah kini mencapai 4,2 juta ton. Hal ini menjadi modal kuat untuk memastikan ketahanan pangan nasional dan mewujudkan swasembada.
“Dengan stok kita yang kuat, kita percaya dapat swasembada dan tidak impor beras di tahun 2025. Dan yang paling penting, petani kita semangat karena negara hadir untuk mereka,” ucapnya.
Wamentan Sudaryono juga menegaskan bahwa modernisasi pertanian adalah keniscayaan. Menurutnya, Indonesia memiliki seluruh potensi sebagai negara tropis dan agraris untuk tidak hanya mencukupi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga menjadi kekuatan pangan global.
Terakhir, ia menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, industri, akademisi, dan petani dalam mempercepat modernisasi pertanian. Ia mengapresiasi berbagai pelaku teknologi pertanian, mulai dari alat mesin, pupuk, benih, hingga sistem digital, yang dinilai strategis dalam mendorong produktivitas dan efisiensi sektor pertanian.(BB)