Kadis Pertanian Sukoharjo : Demplot Biosaka Jagung Produksi Naik, Hemat Pupuk 50-75 Persen

Kadis Pertanian Sukoharjo : Demplot Biosaka Jagung Produksi Naik, Hemat Pupuk 50-75 Persen
Kementerian Pertanian Melakukan Kegiatan Panen Jagung di Lokasi Demplot Aplikasi Biosaka di Desa Krajan, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Pilarpertanian - Bukti nyata elisitor Biosaka kembali dirasakan petani di Kabupaten Sukoharjo, hari ini di Desa Krajan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo (25/8/23) dilakukan panen jagung di lokasi demplot aplikasi Biosaka dengan hasil sangat bagus.

Melalui daring, Bambang Pamuji, Plt Kepala Balai BPPMBTPH menyampaikan bahwa hari ini merupakan bukti dari sekian bukti atau ratusan bukti yang memberikan penguatan kepada kita bahwa Biosaka mempunyai pengaruh positif terhadap berbagai jenis komoditas.

“Dampak positif yang dirasakan oleh petani di beberapa wilayah sangat luar biasa. Dari segi biaya produksi tentu petani sudah dapat merasakan efisiensi, kemudian bahan-bahannya dapat kita temui di sekitar kita serta tidak ada biaya yang mesti dikeluarkan untuk membuat Biosaka,” ujar Bambang.

“Selain itu Biosaka ini tidak berbahaya bagi lingkungan atau istilah ilmiahnya ramah lingkungan, jadi mari kita praktekkan Biosaka karena tidak ada ruginya dan bukti hari ini petani di Sukoharjo panen jagung dengan aplikasi Biosaka dengan hasil yang bagus,” tambahnya.

Sementara itu, Bagas Windaryato, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo mengatakan hari ini sudah kita lihat suatu hal baru yang bermanfaat, ia menyampaikan ada tiga perlakuan demplot di lokasi panen, perlakuan pertama PO tanpa Biosaka, P1 Biosaka tambah NPK 25%, P2 Biosaka tambah 50%, P3 Biosaka 100%. Dengan hasil ubinan P0 7,605 kg, P1 11,94 kg, P2 12,40 kg; dan P3 12,19 kg, yang apabila dikonversi per hektar masing-masing menjadi P0 69,03, P1 103,83, P2 112,55 dan P3 110,605 kuintal per hektar pipil kering.

“Ini suatu hasil yang baik, perlu kita kembangkan karena inovasi ini sangat sederhana namun memiliki manfaat yang luar biasa, dan harapan saya Kabupaten Sukoharjo dapat meningkatkan lagi produksi jagung melalui Biosaka ini,” kata Bagas.

Pada kesempatan tersebut, Bagas juga mengingatkan bahwa Biosaka ini bukan pupuk melainkan elisitor, elisitor adalah zat yang mampu mengoptimalkan peran tanaman untuk menyerap hara di dalam tanah, tetap masih membutuhkan pupuk baik itu pupuk organik maupun pupuk anorganik atau pupuk kimia namun prakteknya di lapangan Biosaka dapat mengurangi pupuk hingga 50-57%.

Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menjelaskan pengaplikasian Biosaka saat ini sudah meluas di seluruh daerah tentu manfaatnya sudah dirasakan petani. Menurutnya, inovasi ini terbuka untuk siapapun yang ingin meneliti, meriset, mengkaji baik itu petani, mahasiswa, ilmuan atau praktisi. Ia berharap ini bisa menjadi diskusi ilmiah baik di kampus maupun di lapangan langsung agar dapat berkembang ke depan.

“Bapak Menteri sudah melakukan dan memandu membuat Biosaka di 18 provinsi, 35 Kabupaten. Kalau Bapak Menteri saja semangat tentunya saya harapkan Petani, Penyuluh, Petugas POPT rutin menyebarkan ilmu baru ini sehingga petani yang belum tau bisa ikut mengaplikasikan,” jelas Suwandi.

“Silahkan bagi yang ingin meneliti ilmu baru ini kami terbuka bahkan siap memback-up namun dikatakan tadi bahwa ini bukan pupuk atau pestisida, sehingga cara meneliti dan meriset harus berbeda dengan yang lain,” tambahnya.

Diakhir, Mugiyo, salah satu petani Desa Krajan mengungkapkan pengalamannya mengaplikasikan Biosaka pada tanaman jagung, “saya mengaplikasikan Biosaka 7 kali, pada umur 8 hst, 18, hst, 28 hst, 38 hst, 48 hst, 58 hst dan yang terakhir 68 hst, sesuai SOP. Tanaman jagung yang tanpa perlakuan Biosaka itu daunnya kering bisa kita lihat sendiri, namun tanaman yang diaplikasikan Biosaka daunnya segar tidak cepat layu, batangnya lebih besar serta bijinya penuh serta serangan hama berkurang,” tandas Mugiyo.(BB)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan