Kementan Dorong Penerapan Ketertelusuran Beras Secara Berkelanjutan

Kementan Dorong Penerapan Ketertelusuran Beras Secara Berkelanjutan
Kegiatan Bimbingan Teknis Propaktani Episode 1030 tentang Ketertelusuran dalam Beras Berkelanjutan untuk Kedaulatan Pangan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

Pilarpertanian - Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong penerapan ketertelusuran beras secara berkelanjutan guna menjamin ketersediaan beras dalam negeri. Praktik ketertelusuran merupakan metode yang membantu serta menjamin produk beras aman dan berkualitas hingga sampai ke tingkat konsumen.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menegaskan ketertelusuran dalam produk pangan terutama beras sangat penting. Kementan telah memulai penerapan ketertelusuran beras pada benih padi dari sumber APBN dengan penerapan barcode pada kemasan dan bisa dilacak oleh petani penerimanya.

“Ketertelusuran dalam produk pangan terutama beras harus segera dimulai. Selain benih padi, untuk benih jagung juga sudah tertera pada label kemasannya, yang bisa ditraceability,” demikian dikatakan Suwandi dalam Bimbingan Teknis Propaktani Episode 1030 bertajuk “Ketertelusuran dalam Beras Berkelanjutan untuk Kedaulatan Pangan”, Senin (23/10/2023).

Suwandi menyebutkan untuk menjamin kualitas dan keamanan pangan serta kepercayaan konsumsi, dibangun sistem ketelusuran beras. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Jokowi untuk meningkatkan produksi dalam negeri serta petunjuk Plt Menteri Pertanian, Arief Prasetyo Adi agar fokus peningkatan produksi padi, produktivitas dan kualitas hasil guna mensejahterakan petani,

“Sistem ketertelusuran beras ini dimulai dari produk beras khusus seperti beras organik, beras merah, beras hitam, beras rojolele, beras pandanwangi yang bisa diketahui kualitas dan keamanan pangan sesuai tercantum pada label kemasan,” terangnya.

Bersamaan, Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (PERPADI), Sutarto Alimoeso menjelaskan perlunya kolaborasi dan sinergi perberasan menuju sistem perberasan berkelanjutan guna tercapainya kedaulatan pangan. Kolaborasi antara berbagai stakeholder (petani, pelaku bisnis hulu, onfarm, hilir, BUMN/BUMD dan pemerintah) dalam pembangunan perberasan ramah lingkungan dan berkelanjutan sangat diperlukan suatu komitmen yang kuat.

“Implementasinya dilakukan dengan melalui pendekatan kluster yang tersinergi secara tertutup,” sebut Sutarto.

Siti Jamilah dari Preferred by Nature mengatakan praktik ketertelusuran membantu pelaku usaha mengelola risiko keamanan pangan, meningkatkan efisiensi rantai pasokan, dan membangun kepercayaan konsumen serta menjamin produk yang aman dan berkualitas untuk dikirim ke konsumen akhir. Ada 4 tujuan utama dalam praktik ketertelusuran yaitu untuk melacak ke depan guna melakukan penarikan produk (tracking) dan untuk melacak adanya semua rekaman selama proses pada waktu dilakukan pendeteksian terhadap masalah yang terjadi (investigasi).

“Dan untuk melacak ke belakang (pemasok) semua bahan baku untuk membuktikan kejelasan asal usul produk, serta meningkatkan nilai kepercayaan konsumen dengan transparansi ketertelusuran,” ungkap Siti.

Sebagai informasi, KSA BPS bahwa luas panen padi tahun 2023 diperkirakan 10,20 juta hektar dengan produksi 53,63 juta ton GKG atau setara 30,90 juta ton beras, sedangkan konsumsi 30,62 juta ton alias surplus 0,28 juta ton beras.(PW)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan