Kementan Sigap Hadapi Perubahan Iklim Lewat Sistem Peringatan Dini dan Pengelolaan Tanam Hortikultura (EWS SIPANTARA)

Kementan Sigap Hadapi Perubahan Iklim Lewat Sistem Peringatan Dini dan Pengelolaan Tanam Hortikultura (EWS SIPANTARA)
Direktur Perlindungan Hortikultura Jekvy Hendra Saat Mengikuti Rapat Koordinasi Penanganan Dampak El Nino di Indonesia.

Pilarpertanian - Kementerian Pertanian menerapkan 3 (tiga) langkah strategis dalam penanganan Dampak Perubahan Iklim dalam menjaga ketersediaan pangan strategis bagi 270 juta penduduk Indonesia. Plt. Menteri Pertanian, Arief Prasetyo Adi pada beberapa kesempatan mengungkapkan bahwa strategi penanganan dampak El Nino dapat dilakukan melalui 3 strategi, yaitu antisipasi, adaptasi dan mitigasi.

“Kita harus mengambil langkah cepat dan konkret untuk penanganan El Nino di lapangan, sehingga pangan kita tetap terjaga dan cadangan bahan pangan pemerintah aman. Salah satunya melalui pendekatan digital yang cepat dan akurat,” ujar Arief.

Menindaklanjuti hal tersebut, Direktorat Jenderal Hortikultura telah melakukan langkah antisipasi penanganan El Nino pada subsektor hortikultura dengan terus berupaya mengembangkan berbagai langkah adaptasi dan mitigasi yang mudah, efektif dan efisien. Salah satu terobosan yang dilakukan adalah dengan terus mengawal, mensosialisasikan dan memperbaharui sistem peringatan dini dan pengelolaan tanam hortikultura (EWS Sipantara). Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto telah meluncurkan EWS Sipantara pada bulan Agustus lalu.

Prihasto menambahkan bahwa EWS Sipantara merupakan salah satu alat antisipasi dalam upaya menangani dampak perubahan iklim pada subsektor hortikultura khususnya komoditas aneka cabai dan bawang merah.

“Dengan EWS Sipantara, kegagalan pertanaman, khususnya pertanian bawang merah dan cabai kita harapkan dapat diminimalisir,” ungkap Prihasto.

Lebih lanjut, Jekvy Hendra selaku Direktur Perlindungan Hortikultura pada saat rapat koordinasi ini menyampaikan bahwa upgrading dan perbaikan berkelanjutan pada sistem EWS Sipantara ini sangat diperlukan untuk memastikan bahwa data dukung yang ada pada sistem aplikasi terus terpantau dan sebagai langkah sigap dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang dialami saat ini.

“Sebagaimana informasi BMKG bahwa kondisi El Nino akan berlanjut sampai akhir tahun 2023 dan terus berlanjut sampai awal tahun 2024, meskipun kondisinya ke arah moderat, namun terus kita mempunyai langkah konkret dan terobosan di lapangan melalui implementasi EWS Sipantara,” terang Jekvy.

Untuk mendukung performa dan akurasi data prediksi pada aplikasi ewssipantara.id maka tim IT Ews Sipantara, Darmawan Lahru, Dosen Vokasi UNS akan melakukan normalisasi database dan redesain fitur updating data CH (curah hujan) Prediksi. Hal ini bertujuan agar data CH Prediksi dari BMKG bisa selaras dengan arsitektur pada aplikasi ewssipantara.id.

“Rencana pengembangan selanjutnya adalah penambahan fitur prediksi hama penyakit berdasarkan curah hujan prediksi. Fitur tersebut memungkinkan untuk peramalan hama yang akan muncul ke depan, berdasarkan data CH prediksi dari BMKG,” jelas Darmawan.

Senada dengan hal tersebut, Tim EWS Sipantara dari BMKG, melalui perwakilannya Adi Ripaldi juga menyampaikan terkait situasi dan kondisi Iklim terkini, di mana IOD positif dan El-Nino skala moderat masih mengganggu iklim di Indonesia hingga saat ini, dampaknya juga sudah dirasakan dan dibuktikan di lapangan.

“Dilaporkan kekeringan dan kekurangan sumber daya air di beberapa daerah. Tentu hal ini akan berdampak juga pada sektor pertanian khususnya sektor hortikultura. Kemudian diprediksi juga bahwa IOD dan El Nino bertahan setidaknya sampai dengan akhir tahun 2023, bahkan El-Nino masih bisa lanjut hingga Februari 2024. Oleh karena itu dengan adanya EWS Sipantara kita bisa memberikan warning dan rekomendasi jadwal tanam subsektor horti yang harus menyesuaikan dengan kondisi iklim yang akan terjadi,” papar Adi.

Aris Pramudia, salah satu tim pengembang EWS Sipantara dari BRIN mengungkapkan bahwa, “EWS Sipantara disiapkan untuk dapat menyajikan informasi prediksi untuk peringatan dini dan jadwal tanam bawang merah, cabai merah dan cabai rawit hingga sampai 6 (enam) bulan ke depan, dilengkapi dengan informasi serupa untuk kondisi normal hingga setahun ke depan,” ungkapnya.

Ferarry Pinem, perwakilan badan informasi geospasial menambahkan, “EWS Sipantara diharapkan mampu mengakomodir proses integrasi data secara sistem sehingga penyampaian informasi kepada publik dapat dilakukan secara cepat. Kemudahan dalam integrasi data juga akan semakin memudahkan penambahan informasi dari sistem-sistem yang terkoneksi pada simpul jaringan yang ada, hal ini tentunya akan berimbas kepada penguatan analisa dalam mencapai tujuan ketahanan pangan,” terangnya.

Pada kesempatan yang sama, Agung Sunusi, Koordinator Dampak Perubahan Iklim, Ditjen Hortikultura menjelaskan bahwa rapat koordinasi pembaharuan EWS SIPANTARA bertujuan untuk mengupdate data realisasi pada bulan Juni sampai September 2023 dan data prediksi untuk 6 (enam) bulan ke depan yaitu bulan Oktober 2023 sampai April 2024.

“Tim EWS juga melakukan pembaharuan analisis data yang lebih efektif dan efisien serta lokasi sentra pada kampung hortikultura. Kegiatan ini akan rutin dilakukan setiap sekali dalam 2 (dua) sampai 3 (tiga) bulan ke depan,” pungkas Agung.(PW)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan