Kementan Sigap Menyelamatkan Pertanaman Padi di Indramayu
Pilarpertanian - Saat ini di Kabupaten Indramayu telah memasuki puncak musim kemarau dan mengalami hari tanpa hujan selama 60 hari, diperparah lagi dengan fenomena El Nino yang memang telah diprediksi oleh BMKG sebelumnya. Hal ini tentu saja sangat berdampak pada subsektor tanaman pangan khususnya padi, karena merupakan tanaman semusim yang sangat rentan terhadap cekaman (kekurangan/kelebihan) air.
Berdasarkan laporan dari Koordinator POPT Kabupaten Indramayu yang akrab dipanggil Budi, bahwa saat ini pertanaman padi di beberapa kecamatan sudah ada yang terancam kekeringan, selain karena sudah lama tidak turun hujan juga akibat adanya perbaikan Daerah Irigasi Rentang Kanan. “Jadwal tanam padi di Kecamatan Kroya, Cikedung, Trisi, Gabuswetan dan Losarang yang seharusnya pada bulan Mei, mundur menjadi bulan Juli karena adanya perbaikan daerah irigasi tersebut. Hal ini menyebabkan pertanaman yang seharusnya sudah panen, baru memasuki fase generatif dan membutuhkan air yang cukup, sementara pemenuhan air dilakukan dengan gilir giring yang bisa saja tidak optimal mengairi pertanaman,” terang Budi.
Untuk mengantisipasi agar pertanaman tidak mengalami gagal panen dan mempengaruhi target produksi padi, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan bergerak cepat turun ke lapangan untuk melakukan gerakan penanganan kekeringan. Gerakan tersebut dilakukan di beberapa titik dengan memberikan bantuan operasional pompanisasi pada daerah-daerah terdampak yang masih memiliki sumber air permukaan terdekat.
Gerakan penanganan kekeringan dilaksanakan di Desa Gabus Kulon, Kec. Gabus Wetan Desa Manggungan, dan Desa Cibeber Kec. Sukagumiwang. Bantuan ini, diharapkan menjadi stimulan bagi petani lain di sekitar pertanaman agar secara swadaya dan mandiri mau melakukan pompanisasi pada pertanaman mereka. Hal ini seperti yang disampaikan secara terpisah oleh Koordinator Penanggulangan DPI, Abriani Fensionita, “bantuan operasional pompanisasi pada gerakan penanganan DPI hanya sebagai stimulan untuk memotivasi petani dalam penanganan kekeringan di lahan sawahnya, karena mempertimbangkan ketersediaan anggaran dan sebaran lokasi yang membutuhkan bantuan”.
Tarsim, salah satu ketua Poktan Kersamanggung yang mendapatkan bantuan tersebut, menyampaikan terima kasih atas hadirnya Kementerian Pertanian dalam upaya penanganan kekeringan di lokasi lahannya. “Bantuan operasional pompanisasi yang diberikan oleh Kementan sangat bermanfaat karena membantu mengalirkan air ke lahan poktan yang selama ini tidak optimal akibat gilir giring air, dan menjadi penyemangat bagi mereka untuk mempertahankan kondisi pertanaman yang umurnya bervariasi dari 15 – 65 hst hingga waktunya panen tiba,” tandas Tarsim.
Upaya Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Pertanian dalam penanganan kekeringan perlu mendapat dukungan pihak Pemerintah Daerah setempat agar ikut berperan aktif secara massif dalam memfasilitasi gerakan-gerakan seperti itu. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Suwandi, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, bahwa Kementan dan jajaran di daerah agar melakukan kerja sama yang kolektif, kolaboratif dan komprehensif, sehingga upaya penanganan dampak perubahan iklim yang semakin ekstrem lebih bijak, efektif dan efisien. Hal yang sama dengan komando Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo agar semua pihak saling bahu membahu menghadapi El-Nino. “Saya mengharapkan pemerintah daerah turut mempersiapkan diri dalam menghadapi El Nino. sejumlah daerah telah menyatakan kesiapan untuk mempersiapkan lahan guna menjamin ketersediaan beras nasional,” tandas SYL.
Kontributor: Yunita Fauziah Rahim, SP, M.Si. (ND)