Mahasiswa Polbangtan Yoma Berhasil Bina Petani Milenial Sambas Lewat Ecotan

Mahasiswa Polbangtan Yoma Berhasil Bina Petani Milenial Sambas Lewat Ecotan
Redaksi dan Informasi pemasangan iklan Hubungi: Admin Pilarpertanian

Pilarpertanian - Kondisi pandemi yang serba tidak pasti ternyata tidak menyurutkan semangat Mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan Yoma) untuk tetap berbagi ilmu dengan masyarakat di sekitarnya. Ya’luqman Nur Hakim, salah satu mahasiswa Polbangtan Yoma Jurusan Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan yang sekarang duduk di semester 5 berinisisiatif mengenalkan ECOTAN ke petani sekitar tempat tinggalnya di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.

ECOTAN merupakan salah satu Kelompok Wirausaha Mandiri Mahasiswa di Polbangtan Yoma yang bergerak di bidang inovasi pertanian berkelanjutan. Dibimbing oleh salah salah satu dosen Polbangtan Yoma, Asih Farmia SP, M.Agr.Sc., ECOTAN berhasil mengembangakan pupuk dan pestisida organik dengan memanfaatkan urine hewan ternak sebagai salah satu bahan baku. Produk pupuk dan pestisida hasil pengembangan tersebut kemudian diberi merk yang sama dengan nama kelompok mereka yaitu, ECOTAN. Upaya tersebut merupakan salah satu wujud dukungan nyata untuk menciptakan pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan.

“Pengembangan pertanian organik sekarang sudah mulai menjadi suatu tren di Indonesia, kami sebagai akademisi merasa memiliki tanggungjawab untuk turut berkontribusi. Salah satunya yaitu dengan mendiseminasikan inovasi-inovasi yang kami hasilkan,” ujar Mia saat diwawancara langsung.

Pengembangan Ecotan

Sejak Covid 19 dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO, kegiatan kuliah tatap muka di Polbangtan Yoma memang ditiadakan dan diganti menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya preventif dalam menekan laju penyebaran virus Covid 19. Sejak saat itu juga Luqman dan anggota ECOTAN lainnya berinisiatif mengenalkan dan mengembangkan ECOTAN kepada petani di lingkungannya.

Luqman merasa terpanggil melihat permasalahan yang dihadapi petani milenial Sambas terkait masalah budidaya dan POPT. Oleh karena itu dia berinsiatif untuk melakukan penyuluhan secara mandiri kepada petani di sekitarnya.

“Ilmu yang kami peroleh di kampus, coba kami tularkan ke petani di lingkungan masing-masing. Ya hitung-hitung sebagai pengganti kegiatan praktek langsung,” kata Luqman.

Keberhasilan Pengembangan Ecotan

Tidak berhenti pada upaya pengenalan praktek pertanian organik saja, ECOTAN kemudian dikembangkan menjadi usaha yang bergerak di bidang permodalan dan pemberdayaan Petani Milenial. Upaya yang dilakukan Luqman ternyata menarik perhatian dari investor. Kini dia tidak bekerja sendiri, ECOTAN berhasil menggandeng PT Advansia selaku perusahaan yang bergerak di bidang pupuk dan pestisida sebagai mitra pelaksanaan kegiatan.

Selain bermitra dengan perusahaan swasta, ECOTAN juga berhasil membina petani milenial di Sambas. Fredy dan Ebtani merupakan petani milenial pembudidaya cabai besar dan cabai rawit yang mendapat manfaat dari kegiatan ECOTAN. Selama pandemi, mereka sukses membudidayakan komoditas cabai dan berhasail meraup keuntungan lebih dari 50 juta rupiah berkat pendampingan yang dilakukan ECOTAN. Selain petani cabai, kini ECOTAN juga menggandeng petani jagung, semangka, dan jambu kristal.

Keberhasilan tersebut turut mengundang perhatian Pemerintah Daerah setempat. Pada acara Seminar Pertanian yang dilaksanakan oleh Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kab. Sambas, Luqman berkesempatan menjadi narasumber berdampingan dengan Bupati Sambas, Ir. H. Burhanuddin A. Rasyid. Pada kesempatan tersebut Luqman menyampaikan materi tentang “Peran Petani Milenial Sambas dalam Mendukung Kemandirian Pangan di Era 4.0”.

Petani Milenial dan Pendidikan Vokasi Pertanian

Sosok seperti Luqman inilah yang diharapkan terbentuk dari pengembangan sistem pendidikan vokasi khususnya bidang pertanian. Lulusan-lulusan pendidikan vokasi pertanian khususnya Polbangtan Yoma harus mampu mencontoh langkah sukses Luqman menerapkan ilmu dari bangku kuliah kepada masyarakat luas dan tumbuh menjadi sosok petani milenial yang sukses.

Hal tersebut sesuai dengan arahan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo yang selalu menekankan bahwa keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia salah satunya ditentukan oleh kualitas SDM nya terutama generasi milenial.

“Milenial punya instuisi yang lebih tajam, kalau milenial didorong maka kekuatan pertanian akan lebih baik,” kata Syahrul menambahkan.

Senada dengan pernyataan Menteri, Kepala Badan PPSDMP Dedi Nursyamsi turut menegaskan bahwa, “Lulusan vokasi pertanian diharapkan tumbuh menjadi pengusaha pertanian milenial yang mampu menjadi resonansi, penggebuk tenaga muda di sekitarnya untuk menjadi SDM pertanian unggulan yang mampu menggenjot pembangunan pertanian menjadi pertanian maju, mandiri dan modern.”

Direktur Polbangtan Yoma Dr. Rajiman turut berharap bahwa meskipun kegiatan pembelajaran hanya dapat dilakukan melalui sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama pandemi, mahasiswa diminta untuk tetap kreatif menerapkan ilmunya sebagai pengganti praktek yang biasa dilakukan selama ini.

“Terapkan ilmu yang kalian dapat di perkuliahan dan manfaatkan kondisi ini (pandemi) untuk belajar sebanyak-banyaknya langsung dari petani dan masyarakat,” pesan Rajiman. HG

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan