Menyulap Lahan Tandus Jadi Pemasok Sayur Terbesar Eropa

Menyulap Lahan Tandus Jadi Pemasok Sayur Terbesar Eropa
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo Saat Mengunjungi Salah Satu Lokasi Pertanian Hortikultura di Almeria, Spanyol.

Pilarpertanian - Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengunjungi salah satu lokasi pertanian yang berada di Almeria, Spanyol (24/9). Almeria disebut sebagai negeri plastik putih, dimana terbentang greenhouse dengan luasan 32 ribu ha yang memanfaatkan lahan marjinal kering.

Dulunya daerah tersebut dikenal sebagai lahan tandus dan gurun dengan rata-rata curah hujan tahunan sekitar 200 sampai dengan 300 mm. Dimana mayoritas masyarakat Almeria adalah pengembala kambing karena keterbatasan sumber daya alamnya. Ada wilayah sekitar pegunungan yang memiliki sumber air awalnya diusahakan untuk budidaya anggur skala kecil.

Dalam kunjungannya, Mentan SYL menyampaikan kekagumannya terhadap restorasi pertanian yang dilakukan Pemerintah Spanyol sejak 60 tahun lalu. Mentan SYL menyebut pemerintah Spanyol mampu menyulap wilayah tandus kering menjadi penghasil hortikultura terbesar di Eropa.

“Ini luar biasa, saya belum pernah melihat yang sebesar ini dimanapun di mana lahan kering disulap menjadi lahan produktif melalui teknologi green house,” kagum Mentan SYL.

Dirinya berharap green house ini bisa direplikasi di Indonesia terutama daerah yang memiliki karakteristik agroekosistem marjinal yang sama. “Indonesia punya banyak lahan marjinal kering, saya harap pengembangan greenhouse ini bisa juga dilakukan di Indonesia dengan skala luas,” ungkap SYL.

Dikesempatan yang sama, Walikota Almeria, Francisco Gongora menyampaikan bahwa nilai ekspor hortikultura dari Almeria mencapai USD 5 miliar per tahun. Adapun komoditas ekspor wilayah tersebut meliputi paprika, tomat, timun, melon, semangka dan lain-lain.

“Pada panen raya, satu perusahaan eksportir timun bisa mengekspor 500 ton timun saja per hari ke Uni Eropa,” jelas walikota yang akrab dipanggil Paco.

Sementara itu, Sekjen Pertanian Almeria, D.Jose Antonio Aliaga, yang juga turut mendampingi kunjungan Mentan SYL, menambahkan bahwa para sebagai besar pengusaha green house ini adalah generasi kedua. Generasi pertama dimulai tahun 1960an dimana Raja Spanyol meminta agar bentangan lahan luas di Almeria dimanfaatkan untuk budidaya sayuran.

“Kementerian Pertanian Spanyol di tahun 1960 awalnya membuat percontohan green house dengan luasan 10.000 m2 atau 1 hektar, dan ternyata berhasil, lalu dikembangkan lagi terus secara bertahap sehingga saat ini sudah mencapai 32 ribu hektar,” jelasnya.

Lebih lanjut dirinya menjelaskan, industri sayur di wilayahnya terus berkembang pesat. ”Seiring berjalannya waktu, industri sayuran disini terus berkembang pesat, bahkan saat ini ada 42 eksportir besar sayuran di Almeria yang semuanya menggunakan teknologi green house” tambah Antonio Aliaga.

Bentangan luasan negeri plastik yang disebut dengan “green house” atau screen house ini ditanami berbagai sayuran hortikultura seperti ketimun, tomat, paprika, melon, semangka dan masih banyak lagi.

Mentan SYL dan seluruh delegasi Kementerian Pertanian dari Indonesia juga berkesempatan untuk mengunjungi 2 bangunan Green House yang membudidayakan ketimun dan paprika, kemudian ke rumah pembibitan serta kantor Agrolris perusahaan yang menampung seluruh hasil pertanian dari 1.500 Green House dengan luasan kepemilikan 1-2 ha.

Pengembangan Green House memang memerlukan biaya tinggi, dengan nilai investasi yang tinggi. Rata-rata bangunan GH dengan screenhouse dan dapat diganti setiap 3-4 tahun sekali. Namun disisi lain harga produk sayuran yang dihasilkan memang sesuai dengan kualitas permintaan pasar. Tercatat berbagai komoditas hortikultura hasil Green House di Spanyol utamanya sayuran menjadi produk ekspor dan memenuhi 70% dari total ekspor ke EU.(ND)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan