Soal Surplus Beras, Pengamat Pertanian: “Aneh, Kok Ga Percaya Data BPS”

Soal Surplus Beras, Pengamat Pertanian: “Aneh, Kok Ga Percaya Data BPS”
Pengamat Bidang Pertanian, Prof. Pantjar Simatupang Menyebutkan Bahwa Data BPS Tahun 2022 Menjadi Acuan Indonesia Telah Mengalami Surplus Beras dan Tidak Kekurangan Beras.

Pilarpertanian - Pengamat bidang pertanian, Prof. Pantjar Simatupang menyebutkan bahwa Indonesia surplus beras itu didasarkan pada data yang dirilis BPS tahun 2022. Sebagai satu-satunya otoritas data statistik, data BPS tersebut harus dipercaya.

“Dari laporan BPS kan begitu, produksi beras kita tahun ini surplus lebih kurang 1,7 juta ton. Lalu tahun ini kan ada survei cadangan beras yang juga dilakukan BPS, stok beras kita di akhir Juni 9,71 juta ton. Bulan Juli sampai Desember memang musim paceklik, tapi menurut data KSA BPS produksi beras kita mencapai 13,34 juta ton. Kalau ditambahkan stok pada akhir bulan Juni 9,71 juta ton maka ketersediaan pasokan beras selama Juli-Desember mencapai 23,05 juta ton. Itu ketersediaan beras yang sangat banyak,” ujar Pantjar.

Kebutuhan konsumsi beras kita untuk periode Juli-Desember hanya 15,14 juta ton. Terdapat surplus pasok beras sekitar 7,91 juta ton. Inilah perkiraan stok beras kita pada akhir Desember 2022.

“Saya tidak melihat kita kekurangan beras. Stok beras kita lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan selama 3 bulan,” demikian dikatakan Pantjar di Bogor, Selasa (28/12/2022).

Setiap tahun BPS merilis kinerja produksi padi dan beras nasional, dan sejak 2018 selalu surplus beras. Mengacu data tersebut, wajar kalau Mentan menyatakan hal yang sama terkait surplus beras. “Kan sekarang prinsipnya satu data, komandonya di BPS, jadi data BPS dong yang dipakai, bukan data lain,” ujarnya.

Pria yang disapa Prof. Panjtar ini menjelaskan bahwa program peningkatan produksi padi dan beras itu kan program Presiden Jokowi, ada di Nawacita, seharusnya pembantu-pembantunya saling dukung dan melengkapi bukan saling tidak percaya. “Saya malah aneh, kalau ada pihak yang mempertanyakan data BPS itu, terus yang mau dipercaya data dari mana lagi?” tegasnya.

Lebih jauh Pantjar menjelaskan bahwa kinerja Kementan dalam mengawal produksi beras tahun ini bisa dibilang cukup baik. “Masalahnya kenapa Bulog menyerap beras di periode yang memang produksi kita sedang defisit, gitu kan. Kalau beli beras disaat petani sedang panen raya kan barangnya banyak, jadi ga perlu lah itu impor,” tuturnya. “Sayang sekali kan saat kinerja produksi padi baik selama 11 bulan, kemudian rusak karena impor beras di bulan Desember,” tambahnya.

“Persoalan pokoknya adalah Bulog kekurangan stok karena digunakan untuk operasi pasar secara besar-besaran. Tapi masalah cadangan beras Bulog kan gak boleh dijadikan dasar menyimpulkan kita defisit beras lalu melakukan impor beras. Stok beras Bulog bukanlah stok beras nasional,” tandasnya.(BB)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan