Terobosan Digital: Keterbukaan Data dan Kolaborasi
Pilarpertanian - Jagung merupakan komoditi strategis bagi pemenuhan pangan nasional, baik sebagai bahan pakan, bahan industri makanan dan minuman, atau industri lainnya. Indonesia sebagai negara yang memiliki penduduk keempat terbanyak di dunia, menjadi salah satu potensi pasar komoditas.
Memasuki bulan Juli 2023, pemenuhan jagung pakan difokuskan bersumber dari produksi dalam negeri. Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Batara Siagian menekankan bahwa keterbukaan data semua pihak diperlukan dan kolaborasi aktual dengan membangun komunikasi kepada pemilik jagung yaitu para off-taker jagung dan pemerintah daerah.
Berdasarkan informasi, para off-taker jagung masih memiliki stok yang cukup untuk memenuhi kebutuhan para peternak. Hanya diperlukan komunikasi langsung dengan pola bisnis kepada para off-taker jagung, imbuh Batara.
Pada prinsipnya, negeri sebesar Indonesia sangat memerlukan keberpihakan pemikiran dan tindakan nyata. Salah satunya, semua pihak harus bersama-sama mendorong pertanaman jagung dan mengelola hasil produksi jagung itu sebagai daya saing dan memberikan manfaat bagi perekenomian nasional.
Oleh karena itu, Batara menghimbau kepada off-taker jagung agar melakukan up-dating data stok yang mereka miliki dan meminta agar responsif terhadap situasi yang ada. Saat ini, dunia terus mengalami dinamika perdagangan komoditas yang dinamis sehingga tata kelola stok jagung harus diperbaiki dengan melakukan pengawasan bersama kepada pemilik pengering (dryer) dan mematuhi prinsip perizinan yang saat ini dibangun oleh Pemerintah melalui penyelenggaraan perizinan berusaha berbasis risiko melalui instrumen OSS.
Evaluasi saat ini, perlu penguatan data secara digital terutama para pemilik dryer. Ekspor hanya dilakukan ketika posisi stok di gudang off-taker dan stok pengguna pada titik optimum. “Poinnya, kita harus selalu memperhatikan para petani, jangan sampai mereka mengalami fase kerugian yang menyebabkan mereka malas atau tidak mau bertanam” ucapnya.
“Off-taker jagung sangat berperan dalam menjaga harga di tingkat petani agar tidak jatuh”. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah menyiapkan digitalisasi ini, dan akan memperkuat kembali partisipasi para pelaku usaha off-taker jagung lainnya, sehingga lebih akurat.
Dean Novel pelaku Pertanian Jagung dan Anggota Presidium AgriWatch juga mengatakan perlu loncatan baru yang membentuk posisi Indonesia semakin strategis dalam memenuhi jagung di Kawasan ASEAN. Jangan sampai, hal ini mengalami kemunduran perspektif.
Negara lain di Kawasan ASEAN melihat Indonesia sebagai pilar baru, sehingga Malaysia dan Filipina melakukan koordinasi untuk memenuhi kebutuhan jagung bagi negara mereka. Seharusnya, semua pihak harusnya mendorong pertanaman jagung di lahan-lahan yang tidak dimanfaatkan. Kemudian, kami akan hadir membantu mereka untuk memasarkannya. Itu harusnya realitasnya, kata Dean.(PW)