Tumpang Sisip, Kementan Ajak Penyuluh – Petani Kaji Solusi Permanen

Tumpang Sisip, Kementan Ajak Penyuluh – Petani Kaji Solusi Permanen
Foto : Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo Mengajak Penyuluh dan Petani untuk Mengkaji Sistem Pertanian Tumpang Sisip

Pilarpertanian - Petani dan Penyuluh pertanian tetap bergerak di lapangan berkontribusi dalam sektor ekonomi menyediakan kebutuhan pangan rakyat Indonesia. Dalam kondisi saat ini petani mulai lakukan sistem tumpeng sisip sebagai adaptasi terhadap kondisi tersedianya air bagi pertanaman untuk mewujudkan efisiensi waktu produksi.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi memberikan apresiasi kepada petani yang inisiasi mempercepat masa tanam dengan sistem tumpeng sisip, seperti yang dilakukan oleh kelompok tani jagung di Kabupaten Tuban dan Blitar, JawaTimur. Ia merekomendasikan sistem tumpeng sisip ini dapat direplikasi di tempat lain terutama wilayah pertanian yang memiliki potensi pengairan cukup.

“Pola-pola kreatif seperti ini perlu dicontoh dan diterapkan di tempat lain karena luar biasa dan menarik,“ kata Suwandi sebelum memberikan paparan materi pada agenda Mentan Sapa Petani dan Penyuluh Pertanian (MSPP) Volume 12 melalui video conference, Jumat (26/06/2020).

Selain itu, Suwandi menyatakan sesuai arahan Presiden RI Joko Widodo dituangkan dalam kebijakan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo untuk menggerakkan ekonomi petani mencakup 4 langkah yang disebut dengan cara bertindak (CB). CB 1 adalah peningkatan kapasitas produksi melalui percepatan tanam padi MT II Tahun 2020 seluas 5.6 juta ha yang disesuaikan kondisi saat ini musim kemarau tetapi masih memungkinkan pertanaman.

“Pengembangan lahan rawa di Kalimantan Tengah seluas 164.598 ha, perluasan areal tanam baru (PATB) untuk padi, jagung, bawang merah dan cabai serta peningkatan produksi gula, daging sapi, dan bawang putih untuk mengurangi impor,” jelasnya.

Selanjutnya, CB 2 yakni diversifikasi pangan melalui pengembangan pangan lokal berbasis kearifan lokal, pemanfaatan pangan lokal di antaranya ubi kayu, jagung, sagu, pisang dan sorgum untuk meningkatkan pendapatan petani. CB 3 mencakup penguatan cadangan dan sistem logistik pangan melalui Penguatan Cadangan Beras Pemerintah Provinsi (CBPP), Penguatan Cadangan Beras Pemerintah Kabupaten/Kota (CBPK), serta penguatan sistem logistik pangan nasional untuk stabilitas pasokan dan harga pangan.

Selanjutnya, CB 4 pengembangan Pertanian Modern melalui pengembangan smart farming, pengembangan food estate, dan pengembangan korporasi petani.

“Petugas lapangan tolong mendata, jika tidak tereport dengan baik maka tidak terdata, sekarang harus berbasis parsial, standing corp difoto open camera dan dipetakan menggunakan sistem argis (dipolygom-kan),” beber Suwandi.

“Foto otomatis terkirim ke Pusdatin, terutama untuk pertanaman di luas baku sawah. Kuncinya adalah pengairan, adanya sumber air,“ sambung dia.

Acara MSPP Volume 12 diikuti 300 partisipan melalui zoom meeting, dan lebih dari 5.000 partisipan menyimak melalui live streaming perwakilan Kostrawil, Kostrada, Kostratani dan UPT Lingkup Kementerian Pertanian. Melalui diskusi Mentan Sapa Petani Penyuluh (MSPP) yang dilakukan secara daring dari Agricultural Operation Room (AOR) Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian didapatkan hasil diantaranya adanya padi mengalami rebah di Kabupaten Bone Bolango yang dapat mengurangi hasil panen akibat angin.

Terkait hal ini, Suwandi mengingatkan petani agar dapat memilih varietas yang baik serta pupuk sesuai anjuran, serta menghubungi BPTP Provinsi untuk mendapatkan solusi teknologi dan varietas padi yang tahan terhadap rebah.

“Pengembangan benih padi baru juga dianjurkan yaitu varietas IR Nutrizinc yang memiliki kandungan zinc sebesar 34,51 ppm. Keunggulan ini turut mensukseskan program pemerintah dalam mengatasi kekurangan gizi dan masalah stunting di Indonesia,” kata Suwandi.

Lebih lanjut Suwandi menjelaskan, terkait benih yang terlambat datang dan mengakibatkan keterlambatan tanam akibat jauhnya lokasi pengadaan benih, para penyuluh dapat membina kelompok penangkar sesuai varietas yang diperlukan di daerah setempat. Benih yang dihasilkan oleh para penangkar akan dibeli oleh pengada melalui bantuan pemerintah untuk mengatasi keterlambatan benih.

Lanjutnya, ekonomi petani berupa koperasi merupakan salah satu terobosan dalam rangka pemberdayaan petani dalam pengembangan usaha yang dikelola oleh petani.

“Diharapkan koperasi ini mampu mensinergikan kegiatan agribisnis hulu sampai hilir dalam pengembangan dalam pengembangan kawasan pertanian,” tutur Suwandi.

Pada diskusi ini pun, Suwandi menegaskan, ketersediaan pangan harus tetap aman dengan cara malakukan percepatan tanam. Penyuluh tetap melaksanakan tugasnya mendampingi petani untuk tetap berproduksi, tentunya dengan tetap memperhatikan protokol Kesehatan dengan tidak berkumpul dengan jumlah orang yang banyak, memakai masker, menjaga jarak dan menjaga kebersihan dengan rajin mencuci tangan.

“Terakhir kita perlu memantau dan memastikan kesiapan percepatan tanam MT II tahun 2020, khususnya pengolahan lahan, penyiapan benih dan pupuk serta sarana produksi lainnya, pembiayaan pertanian melalui KUR, dan operasionalisasi alat dan mesin pertanian,” tutup Suwandi.(ND)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan