Alsintan Tekan Biaya Olah Tanah Hingga 90 Persen

Alsintan Tekan Biaya Olah Tanah Hingga 90 Persen
Redaksi dan Informasi pemasangan iklan Hubungi: Admin Pilarpertanian

Pilarpertanian - Pilar – Selama kepemimpinan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, hingga saat ini Kementerian Pertanian (Kementan) telah menggelontorkan lebih dari 300 ribu alat dan mesin pertanian (alsintan) berbagai jenis ke seluruh pelosok tanah air. Kebijakan tersebut guna menggenjot produksi pangan pokok, termasuk diantaranya aneka cabai dan bawang melalui efisiensi biaya produksi.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Menurut pengakuan Widodo, petani cabai di daerah Tegalrejo Magelang, bantuan alsintan dari Kementan sangat terasa manfaatnya. Yakni selain mempercepat pengolahan lahan juga menekan biaya pengolahan lahan hingga 90%.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Biasanya kalau dengan nyangkul, kami harus keluarkan biaya 1 juta tiap 1.000 meter persegi. Tapi dengan kombinasi handtraktor dan kultivator, kami cukup keluar 4 liter solar dan ongkos operator 50 ribu per 1.000 meter persegi,” ungkap Widodo di Magelang, Senin (20/8/2018).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dengan demikian, lanjut Widodo, jika menggunakan buruh cangkul, biaya pengolahan lahan cabai yang dikeluarkan sebesar Rp 10 juta per ha. Namun, dengan menggunakan Alsintan, biaya turun drastis yakni hanya Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta per ha.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dari perbandingan ini, terlihat dengan jelas biaya pengolahan lahan menggunakan alsintan jauh lebih efisien. Bahkan efektif,dan hemat waktu. “Kebijakan Menteri Amran dengan bantuan alsintan sangat tepat memajukan pertanian,” ungkapnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Hal senada diungkapkan Susiono, petani bawang merah di Desa Pasir Mijen Demak. Menurutnya, penggunaan cultivator sangat meringankan beban biaya produksi, terutama saat pembuatan atau pengolahan bedengan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Saat upah buruh cangkul makin mahal, keberadaan alsintan seperti cultivator benar-benar terasa membantu petani, terutama saat pembuatan bedengan”, kata Susiono.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sangking mahalnya upah buruh cangkul, kadang penghasilan mereka malah lebih gede daripada petaninya sendiri,” tandasnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Selain kultivator, petani bawang di sini juga butuh instalasi sprinkle untuk penyiraman sekaligus mengusir hama bawang merah,” imbuhnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, Wijayanti, menuturkan pihaknya akan terus memfasilitasi kebutuhan alsintan budidaya dan pascapanen bagi petani hortikultura di daerahnya. Pasalnya, petani di Magelang sangat terbantu dengan makin banyaknya bantuan alsintan seperti handtraktor, kultivator, sprinkle hingga motor roda-3.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Kami juga dorong penggunaan teknologi seperti ozoniser untuk menyimpan cabai, mesin pengolah pasta, dryer dan sebagainya,” tuturnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Direktur Usaha Karya Bersama (UKB) sekaligus Ketua Paguyuban 15 Bengkel di 7 Kabupaten, Hary Martono mengatakan untuk mendukung revolusi mekanisasi pertanian yang berbasis kerakyatan, pihaknya siap melayani permintaan di seluruh indonesia. Produk yang bisa dihasilkan dan sekaligus tepat guna bagi petani di antaranya Kultivator, Grader, APPO, pengolahan pasca panen cabai, bawang merah serta tomat.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Semua produk ini bisa kami design sesuai dengan permintaan petani sehingga akan efisien yang nantinya bisa meningkatkan kesejahteraan petani,” terangnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Di tempat terpisah, Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Suwandi, menjelaskan kebijakan revolusi mekanisasi pertanian melalui penggunaan alsintan sangat membantu percepatan produksi hortikultura khususnya cabai dan bawang.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Faktanya, kurun waktu 4 tahun terakhir ini, produksi Cabai dan Bawang Merah terus meningkat setiap tahunnya melampaui kebutuhan nasional.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Dengan alsintan, kita bisa atur pola tanam dalam skala luas secara lebih mudah dan cepat. Selain itu produk kita bisa lebih kompetitif,” bebernya..
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Terkait efisiensi biaya, sambung Suwandi, misalnya pada budidaya cabai, penggunaan mekanisasi pertanian secara umum bisa menekan biaya tenaga kerja hingga 40%. Dengan begitu, titik impas atau Break Event Point (BEP) produksi cabai jauh lebih murah.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
BEP produksi cabai bisa diturunkan dari Rp 10.200 per-kg menjadi hanya sekitar Rp 5.300 per kg. Petani untung, biaya kecil, produksi dan kualitas cabainya malah semakin naik,” tandasnya.(RS)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan