Balitbangtan Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Daging Sapi dengan Lamtoro

Balitbangtan Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Daging Sapi dengan Lamtoro
Foto : Daging Sapi Potong Hasil Pemberian Pakan Lamtoro Lebih Sehat.

Pilarpertanian - Peningkatan produksi protein khususnya daging sapi terus digencarkan oleh pemerintah. Program inseminasi buatan (IB) sebagai salah satu cara mendorong peningkatan populasi sapi pun terus digalakkan.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo saat melakukan panen pedet di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, Kamis (30/7) mengungkapkan optimistismenya, bahwa dengan model peternakan melalui inseminasi buatan serta dukungan kepada para peternak akan mampu memperkecil nilai ekspor dan berdampak signifikan pada perekonomian peternak.

“Dengan keberhasilan (program) tersebut, terjadi lompatan populasi sapi maupun kerbau yang cukup signifikan selama lima tahun terakhir, yaitu sebesar 3,37 juta ekor, sehingga populasi saat ini berjumlah 18,82 ekor,” ungkap Mentan.

Selain IB sebagai sarana percepatan populasi, pakan juga memegang peranan penting untuk meningkatkan hasil produksi ternak. Salah satu hijauan pakan ternak (HPT) yang memiliki potensi untuk meningkatkan bobot ternak adalah lamtoro.

Lamtoro, diberbagai daerah di Indonesia lebih dikenal dengan nama petai cina. Tanaman yang berasal dari semenanjung Yucatan di Meksiko mempunyai nama latin Leucaena leucocephala merupakan salah satu dari sekian banyak hijauan pakan ternak (HPT) yang ada di Indonesia.

Lamtoro mempunyai pertumbuhan yang cepat dan dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan tahunan 650 mm sampai 3.000 mm. Tanaman ini toleran terhadap iklim kering atau yang memiliki curah hujan 300 mm dengan periode kekeringan 6 sampai 7 bulan sehingga sangat cocok dikembangkan di daerah kering beriklim kering.

Daun lamtoro ini sangat disukai ternak ruminansia dan mempunyai nilai nutrisi yang tinggi sebagai pakan. Kandungan nutrisi dari lamtoro antara lain Protein Kasar (PK) lebih dari 20%, Neutral Detergent Fibre (NDF) berkisar 40%, Acid Detergent Fibre (ADF) berkisar 25%, kecernaan lebih dari 65% dan energi termetabolisme (ME) sebesar 11 MJ/kg.

Hijauan ini sangat cocok dipakai untuk pakan penggemukan karena kandungan nutrisinya yang tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi penggemukan. Penggunaan lamtoro sebagai pakan sangat ramah lingkungan karena dapat menurunkan produksi gas metan didalam rumen.

Lamtoro juga meningkatkan kualitas tanah dan menyuburkan tanah karena dapat mengikat nitrogen atmosfir ke tanah dan daunnya memiliki kandungan nitrogen yang tinggi. Selain itu, tanaman lamtoro dapat dimanfaatkan sebagai tanaman pelindung, pencegah erosi dan tanaman pagar.

Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry menyebutkan bahwa penelitian dan pengembangan lamtoro khususnya kultivar Tarramba untuk pakan sapi penggemukan sudah dilakukan di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak tahun 2010. “Bahkan, jumlah peternak yang mengembangkan tanaman lamtoro sebagai pakan utama untuk sapi penggemukan di NTB khususnya di pulau Sumbawa sudah mencapai sekitar 2.000 peternak. Jenis sapi yang dipelihara pada umumnya adalah sapi Bali.” ujarnya.

Sapi penggemukan diberi pakan yang mengandung 70-100% lamtoro dengan lama penggemukan berkisar antara 4 sampai 12 bulan. Kenaikan berat badan yang dicapai berkisar 0,4-0,6 kg/hari. “Dengan tingkat pertumbuhan tersebut peternak dapat menghasilkan sapi penggemukan dengan berat jual atau berat potong lebih dari 250 kg pada umur yang lebih muda. Persentase karkas diperoleh lebih dari 50% sehingga kualitas daging yang dihasilkan meningkat.” lanjut Fadjry.

Tanda Panjaitan, peneliti sapi dari BPTP NTB menyatakan bahwa “Kualitas daging ditentukan oleh pemeliharaan, umur potong dan penanganan daging paska potong. Pelayuan daging sapi Bali yang diberi pakan lamtoro pada suhu 2°C selama tujuh hari dihasilkan nilai shear force kurang dari 5 kg/cm2 yang artinya daging sapi Bali yang diberi pakan lamtoro tergolong empuk”

Disampaikan juga “Keistimewaan lain dari daging sapi yang diberi pakan Lamtoro adalah lebih sehat karena rendah kandungan asam lemak jenuh, tinggi kandungan asam linoleat, empuk/lembut, juicy dan segar”.(REP/TP/ND)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan