Dukung Penanganan Stunting, Kementan Mendorong Peran Ibu Dalam Memilih Bahan Pangan
Pilarpertanian - Stunting merupakan sebuah kondisi terhambatnya pertumbuhan anak-anak yang disebabkan kurangnya asupan gizi yang memadai. Penanganan stunting di Indonesia merupakan upaya bersama berbagai pihak termasuk Kementerian Pertanian. Dalam mengatasi stunting, tidak lepas dari peran Ibu yang langsung merawat dan membesarkan anak-anaknya. Hal tersebut tergambar dalam Bimtek Propaktani Episode 1069 dengan tema “Peran Ibu Dalam Memilih Bahan Pangan Untuk Program Stunting Mandiri” (Jumat/22-12-2023).
Latifah Iskandar Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah menjelaskan pentingnya memberikan edukasi kepada ibu-ibu agar memiliki pemahaman mengenai kandungan nutrisi pada produk makanan yang dikonsumsi oleh anak-anaknya. “Anak-anak kita sekarang sudah terbiasa dengan produk makanan berbahan gandum. Padahal banyak produk makanan lokal yang juga kaya nutrisi seperti ubi. Pilihannya adalah impor bahan pangan seperti gandum dari luar negeri atau melakukan edukasi kepada masyarakat terutama ibu-ibu terhadap pilihan-pilihan produk makanan yang menjadi konsumsi anak-anaknya”, jelas Latifah.
“Kami menilai rata-rata di tingkat lapang seperti posyandu pengetahuan tentang produk makanan yang kaya nutrisi dan wajib menjadi konsumsi anak-anak kita masih rendah. Dalam membantu penanganan stunting, kami juga bergerak melalui posyandu-posyandu yang menjadi binaan untuk memberikan edukasi kepada ibu-ibu muda, ibu-ibu hamil, serta ibu-ibu menyusui agar memahami makanan yang dikonsumsi anak-anaknya terutama kandungan nutrisinya”, lanjut Latifah.
Syamsia selaku Ketua Divisi HAKI LP3M Universitas Muhammadiyah Makassar menyampaikan fakta-fakta penting mengenai stunting di Indonesia serta cara pencegahannya. “Berdasarkan hasil survey Status Gizi Indonesia (SGI) tahun 2021 diketahui bahwa 1 dari 4 anak Indonesia mengalami stunting dan 1 dari 10 anak mengalami gizi kurang. Dampak dari stunting mengakibatkan pertumbuhan anak terhambat (fisik dan kognitif), peningkatan risiko penyakit, serta keterbatasan kesehatan dan kecerdasan. Untuk mencegah stunting, harus diperhatikan kecukupan gizi mulai dari saat kehamilan hingga saat anak mulai beranjak tumbuh”, ujar Syamsia.
“Kecukupan gizi yang dimaksud yaitu makronutrien (karbohidrat dan protein) dan mikronutrien (kalium, vitamin A, zat besi). Untuk makronutrien seperti karbohidrat bisa diperoleh dari nasi, jagung, atau ubi-ubian, sedangkan protein dari daging, ikan, susu, telur, dan kacang-kacangan). Untuk mikronutrien seperti kalsium dapat diperoleh dari brokoli, bayam edamame, selada, ikan sarden, ikan teri dan lain sebagainya. Mikronutrien lainnya seperti vitamin A bisa diperoleh dari wortel, paprika, ubi jalar, hati sapi, tenggiri, dan keju. Untuk zat besi dapat diperoleh dari bayam, tahu, kentang, daging sapi dan makanan seafood”, sebut Syamsia.
Dosen dan Peneliti Fakultas Pertanian dan Perikanan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Prof. Dumasari mengungkapkan pentingnya pemberdayaan rumah tangga sebagai solusi mengatasi stunting. “Masalah stunting pada skala nasional dapat mengakibatkan kualitas sumber daya manusia yang rendah dan pada gilirannya memunculkan lost generation. Salah satu solusinya adalah melalui pemberdayaan rumah tangga anti stunting dengan pendekatan gizi seimbang. Konsep 4 sehat 5 sempurna telah berkembang menjadi pedoman gizi seimbang yang lebih komprehensif”, ungkap Prof. Dumasari.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi mendukung penanganan stunting di Indonesia melalui program yang ada di Kementerian Pertanian. “Kementerian Pertanian turut berpartisipasi dalam penanganan stunting di Indonesia. Sesuai roadmap yang ada, salah satu programnya adalah pengembangan tanaman padi Inpari Nutrizinc/padi biofortifikasi. Di tahun ini 2022 varietas padi tersebut telah kami tanam seluas 100 ribu hektar dan pada tahun 2023 seluas 150 ribu hektar, sedangkan pada tahun depan 2024 kami akan menanam seluas 200 ribu hektar. Lokasi tanamnya difokuskan pada daerah-daerah rawan stunting sesuai informasi dari Kementerian Kesehatan”, ujar Suwandi.
“Kami selalu bersinergi baik dengan Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah, jajaran akademisi dari Perguruan Tinggi, dan pihak-pihak terkait untuk membantu dalam penanganan stunting di Indonesia. Beras Inpari Nutrizinc/biofortifikasi memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi dibandingkan beras-beras lainnya. Beras ini cocok dikonsumsi untuk ibu-ibu hamil, ibu-ibu menyusui, dan anak-anak dalam rangka penanganan stunting”, jelas Suwandi.
“Pengembangan padi biofortifikasi juga merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan pangan di Indonesia. Sesuai arahan Menteri Pertanian Amran Sulaiman agar fokus peningkatan produksi pangan, terutama pada produktivitas padi dan jagung, juga kualitas hasil guna mensejahterakan petani”, pungkas Suwandi.(ND)