Gernas El Nino di NTB, Mentan SYL Tanam Padi dan Pimpin Pembuatan Biosaka untuk Petani
Pilarpertanian - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) meninjau tanam padi dalam Gerakan Nasional (Gernas) Penanganan Dampak El Nino di Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (12/8/23).
Kelompok Tani (Poktan) Serba Baru, Kelurahan Karang Baru, Kecamatan Selaparang, Kota Mataram, NTB memiliki luas hamparan panen 17 hektar (ha) dan luas tanam 17 ha dengan varietas Inpari 32. Adapun pola tanam yang diterapkan adalah padi – padi – hortikultura, dan produktivitas 6,5 ton/ha. Sedangkan harga gabah di petani Rp 5.300/kg dan biaya produksi Rp. 7,5 juta/ha.
Berdasarkan data Badan Pertanahan Nasional (BPN), luas tanam setahun se-Kota Mataram adalah 3.493 ha dan luas baku sawah 1.472 ha dengan komoditas padi. Perkiraan luas panen padi periode Januari-September 2.008 ha dan perkiraan produksi 13.107 ton GKG.
Tak hanya padi, Kota Mataram juga punya komoditas unggulan lain, yakni jagung dan kedelai. Untuk jagung, perkiraan luas panen periode Januari-September 2023 adalah 301.361 ha dan perkiraan produksi 2.091.430 ton PK. Sedangkan kedelai, perkiraan luas panen periode Januari- September 2023 adalah 11.711 ha dan perkiraan produksi 18.349 ton BK.
Mentan SYL menyebutkan, Kementan menyiapkan sejumlah upaya dalam mengantisipasi dan adaptasi dampak El Nino, yakni identifikasi dan mapping lokasi terdampak kekeringan, serta mengelompokkan menjadi daerah merah, kuning dan hijau.
Karenanya, Mentan SYL meminta kepada seluruh jajaran pemerintah daerah untuk segera mendata wilayah-wilayah yang rawan terdampak El Nino. Selain itu, harus juga dilakukan percepatan tanam guna mengejar sisa hujan dan peningkatan ketersediaan alsintan untuk percepatan tanam.
Kemudian peningkatan ketersediaan air dengan membangun atau memperbaiki embung, dam parit, sumur dalam, sumur resapan, rehabilitasi jaringan irigasi tersier dan pompanisasi.
“Kita melawan El Nino ini juga dengan penyediaan benih tahan kekeringan dan hama penyakit, program 1.000 hektar adaptasi iklim, pengembangan pupuk organik, dukungan pembiayaan KUR dan Asuransi Pertanian, serta penyiapan lumbung pangan sampai level desa,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB, Muhammad Taufieq Hidayat mengatakan, pihaknya terus berupaya meningkatkan hasil panen serta mengantisipasi dampak iklim El Nino. “Semoga dampaknya tidak terlalu terasa di wilayah kami,” ujarnya.
Selain NTB, Gernas Penanganan Dampak El Nino juga digelar di sejumlah provinsi lainnya selama periode Agustus-Oktober 2023. Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan lokasi Gernas El Nino dilaksanakan di lahan seluas 500.000 hektar (ha) di 10 provinsi yang terdiri dari 6 provinsi utama dan 4 provinsi pendukung.
Di tempat yang sama, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menyampaikan bahwa Gernas El Nino di NTB ini diarahkan pada lahan potensial untuk meningkatkan indeks pertanaman padi dengan padi genjah dan tahan kekeringan.
NTB yang dikenal dengan bumi gora (bumi gogo rancah) bertanam padi selain di lahan sawah, juga dikembangkan di lahan kering. “Budidaya tumpangsari dan pertanian terpadu sudah berkembang di petani,” sebutnya.
Suwandi berharap petani bisa melakukan efisiensi biaya dan menggunakan input dari bahan organik dan alami sehingga ramah lingkungan. Ini sebagai perwujudan dari prinsip pertanian berkelanjutan.
“Tadi Bapak Menteri memimpin langsung pembuatan Biosaka dan diikuti oleh berbagai pihak cukup meriah. Biosaka ini adalah hal yang baru, bukan pupuk dan bukan pestisida, tetapi elisitor yang bermanfaat bagi lahan dan pertanaman untuk tumbuh dan berproduksi, diharapkan Biosaka ini segera menyebar ke seluruh petani, dipraktekkan dan menikmati manfaatnya,” jelas Suwandi.
Tak hanya menanam padi, kunjungan Mentan SYL di Kota Mataram juga dilanjutkan dengan peninjauan langsung ke lokasi pengolahan hasil sorgum di Tabeta Sorgum – Selagalas.(ND)