Inovasi Pertanian Percepat Kedaulatan Pangan Nasional

Inovasi Pertanian Percepat Kedaulatan Pangan Nasional
Kegiatan Sosialisasi Pentingnya Ketahanan Pangan yang Ditopang dengan Reforma Agraria di Universitas Nusa Bangsa, Bogor, Jawa Barat.

Pilarpertanian - Kementerian Pertanian terus berupaya melakukan inovasi baru demi menumbuhkembangkan pangan bangsa. Ketersediaan produk tanaman pangan baik itu padi, jagung dan kedelai merupakan salah satu penyokong utama kedaulatan pangan.

Dalam menghadapi tantangan pertanian saat ini, kita perlu melakukan terobosan-terobosan baru dalam teknologi pertanian yang inovatif, efektif dan efisien.

Pernyataan tersebut disampaikan Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi ketika menjadi pembicara dalam acara bertajuk ‘Sosialisasi Pentingnya Ketahanan Pangan yang Ditopang dengan Reforma Agraria’. Giat berlangsung di Universitas Nusa Bangsa (UNB), Bogor, Jawa Barat.

“Inovasi tersebut harus dapat diimplementasikan secara masif di lapangan dan berdampak positif terutama terhadap kesejahteraan petani,” ujar Suwandi dalam keterangan persnya di Jakarta, Kamis (16/2).

Suwandi menjelaskan bahwa forum diskusi seperti ini amat positif. Terutama kaitannya dengan terobosan di bidang pangan. “Kami harap seminar ini diharapkan dapat menghasilkan inovasi dan ide-ide kreatif yang dapat ditindaklanjuti sampai ke tingkat lapangan,” beber Suwandi.

Turut hadir Direktur Aneka Kacang dan Umbi (AKABI) Yuris Tiyanto, Rektor Universitas Nusa Bangsa Yunus Arifin, Ketua Satgas Reforma Agraria Doody Imron Cholid, Ketua Iswi Retno Sri Endah Lestari, dan Pemulia Tanaman Prof Ali Zum Mashar.

Dalam paparannya, Dody Imron Cholid memaparkan kalau Reforma Agraria merupakan penataan struktur, penanganan kepemilikan dan pemanfaatan yang berkeadilan. Keadilan dan penguasaan lahan harus ditata dengan adil untuk memberdayakan petani Indonesia, sehingga petani menjadi sejahtera dan berdampak pada ketahanan pangan nasional.

“Ruang lingkup reforma agraria antara lain penataan aset, penataan akses (teknologi, modal). Dampak belum optimalnya reformasi agraria antara lain ketimpangan penguasaan lahan, konflik lahan, hingga kemiskinan,” jelas dia.

“Ini harus diperkuat untuk merealisasikan ketahanan pangan,” lanjut Dody.

Sementara Rektor UNB, Yunus Arifin menyinggung ihwal perlunya teknologi untuk menghadapi tantangan pertanian ke depan. Di antaranya berupa perubahan iklim, menurunnya tenaga kerja pertanian, terbatasnya lahan pertanian dan kebutuhan produk yang semakin meningkat seiring peningkatan penduduk.

“Solusi atas tantangan tersebut salah satunya yaitu dengan penerapan teknologi smart farming dimana seluruh proses pertanian dikombinasikan dengan teknologi digital. Salah satu bentuk aplikasinya yaitu teknik irigasi dan pemupukan sesuai kebutuhan tanaman dan aplikasi drone untuk pemupukan cair, penyemprotan fungisida”, jelasnya.

Kedelai Sumber Protein Murah

Direktur Aneka Kacang dan Umbi, Ditjen Tanaman Pangan Kementan, Yuris Tiyanto membahas terkait kedelai yang notabene merupakan sumber protein murah dan banyak manfaatnya bagi kesehatan tubuh.

Yuris dalam penyampaianya mengatakan, saat ini produksi kedelai nasional mulai tumbuh kembali seiring dengan upaya Kementan yang bekerjasama dengan beberapa pihak. Tujuannya tak lain untuk terus mengembangkan kawasan kedelai di Indonesia.

“Generasi muda termasuk para mahasiswa dapat berkontribusi dalam pengembangan kedelai dengan ikut mendampingi program Kementan baik melaui pendampingan kepada petani maupun melalui penelitian,” tambah dia.

Yuris menambahkan, pengembangan kedelai nasional perlu dilakukan dan didukung oleh semua stakeholder kedelai, termasuk pihak universitas. Itu dilakukan demi terealisasinya visi Indonesia yang ‘Mandiri Kedelai’.(ND)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan