Kementan Pastikan Pertanaman Padi di Magetan Aman dari Serangan Hama dan Penyakit

Kementan Pastikan Pertanaman Padi di Magetan Aman dari Serangan Hama dan Penyakit
Kegiatan Monitoring Rutin dalam Mengawal Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan Wereng Batang Coklat di Magetan, Jawa Timur.

Pilarpertanian - Mewaspadai ancaman El Nino di tahun ini, Kementerian Pertanian (Kementan) meningkatkan pengawalan pertanaman, khususnya padi dari Dampak Perubahan Iklim (DPI) maupun hama dan penyakit atau Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) secara rutin melakukan pengamatan terhadap serangan OPT/DPI dan memberikan rekomendasi penanganannya.

Seperti halnya pengamatan rutin yang dilakukan POPT di Kabupaten Magetan. Koordinator POPT Kab. Magetan, Hadi Sumarlan menyampaikan bahwa pertanaman padi di Kecamatan Ngariboyo dalam keadaan aman dari gangguan OPT, namun ada yang mengalami kekeringan. “Berdasarkan hasil pengamatan selama periode pengamatan bulan Mei 2023, pertanaman padi dalam keadaan aman, tidak ditemukan adanya populasi atau serangan OPT seperti wereng batang coklat (WBC) ataupun busuk leher. Namun, tercatat 0,2 ha pertanaman padi yang mengalami kekeringan,” jelas Hadi.

Menurut hasil pengamatan lapangan yang dilakukan pada Senin (29/5), pertanaman padi yang rata-rata berumur 31 HST hingga menjelang panen dalam keadaan bebas dari ancaman serangan hama penyakit tanaman padi. Namun demikian, hal yang perlu diwaspadai adalah ancaman kekeringan.

Gejala kekeringan pada tanaman padi ini sekilas menyerupai gejala hopper burn pada tanaman padi yang terserang parah oleh hama wereng batang coklat. Tanaman tampak kering dan berubah warna menjadi coklat. Apabila dilihat sepintas, terlebih oleh masyarakat awam, tanaman yang kering akibat kekurangan air ini kemungkinan akan dianggap terserang wereng.

Merespon hasil pengamatan yang telah dilakukan, Kepala Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit (LPHP) Wilayah Kerja Madiun, Tarmuji menyatakan rekomendasi yang disampaikan kepada petani. “Untuk menekan tingkat kerugian, petani dapat dihimbau untuk melakukan percepatan panen dalam kurun waktu 3 hari terhitung sejak kemarin (29/5). Selain itu, untuk antisipasi kekeringan musim berikutnya adalah dengan menambah jumlah sumur dalam untuk mencukupi kebutuhan pengairan di lokasi yang terancam kekeringan,” ungkap Tarmuji.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan prakiraan musim kemarau tahun 2023. Dalam laman resminya www.bmkg.go.id, BMKG menyatakan bahwa musim kemarau tahun ini akan datang lebih awal dari tahun sebelumnya. Selain itu, curah hujan yang turun selama musim kemarau diprediksi akan normal hingga lebih kering sebagai akibat dampak El Nino yang akan terjadi.

Dihubungi terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menyampaikan kepada seluruh jajarannya dan segenap pihak yang terkait agar dapat mengantisipasi musim kemarau kering yang akan segera datang serta melakukan mitigasi untuk menekan potensi kehilangan hasil tanaman pangan. “Pastikan kesiapan saprodi, alsintan, sarana pengendalian OPT/DPI serta penanganan panen. Optimalkan lahan tadah hujan, manfaatkan benih insitu maupun varietas toleran kekeringan, optimalkan sumur, biopori, embung serta longstorage,” papar Suwandi.

Hal ini sesuai dengan arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo yang selalu mengingatkan kepada seluruh jajarannya agar selalu siap siaga menjaga produksi dan ketahanan pangan nasional.(BB)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan