Kerja Sama Kementan-Kemendes PDTT Pacu Pengembangan Jagung di Flores Timur

Kerja Sama Kementan-Kemendes PDTT Pacu Pengembangan Jagung di Flores Timur
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi Saat Menghadiri Webinar Bimbingan Teknis dan Sosialisasi Propaktani di Jakarta.

Pilarpertanian - Kementerian Pertanian terus bekerja sama dengan berbagai stakeholder dalam mengembangkan beragam komoditas tanaman pangan di seluruh wilayah Indonesia. Salah satunya berkolaborasi dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) melalui Direktorat Jenderal Pembangunan Desa dan Perdesaan (Ditjen PDP) serta program dana desa dalam meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas jagung di wilayah NTT.

“Kerja sama ini merupakan hal yang sangat menarik, mengingat wilayah NTT memiliki agroekosistem dan karakteristik lahan yang sangat cocok untuk komoditas jagung, terlebih lagi dengan adanya program dari gubernur yang dikenal dengan TJPS, tanam jagung panen sapi ini sangat luar biasa sekali. Dukungan-dukungan pendanaan seperti ini akan sangat bermanfaat bagi para petani untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka,” ujar Suwandi dalam webinar Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Propaktani di Jakarta, Rabu (13/9/2023).

Suwandi menyebutkan saat ini komoditas jagung sudah dapat dimanfaatkan menjadi beragam produk turunan. Akar jagung dapat diolah dan diramu menjadi bahan obat-obatan, batang jagung dapat digunakan sebagai bahan bakar dan kompos, daunnya dimanfaatkan untuk pakan ternak, serta biji jagung dapat dijadikan bahan pangan dengan cara dikonsumsi langsung maupun melalui proses pengolahan dari industri makanan/minuman dan bahan pakan. Oleh karenanya, peningkatan kualitas dan kuantitas komoditas ini sangat diperlukan.

“Ke depan saya berharap konsep-konsep yang serupa dengan TJPS ini dapat dikembangkan lebih komprehensif lagi hulu-hilirnya dari mulai penyiapan lahan, proses budidaya yang mendukung peningkatan produktivitas dan ramah lingkungan, efisiensi biaya usaha tani, penanganan pascapanen yang tepat untuk menjaga kualitas produk dan harga tawar, serta selalu ada inovasi-inovasi untuk memanfaatkan semua bagian dari tanaman jagung ini mulai dari akar hingga bijinya,” terang Suwandi.

Mewakili Ditjen PDP Kemendes PDTT, Frengky Firnando menuturkan sejak tahun 2015 hingga tahun 2023 terjadi peningkatan yang sangat signifikan pada kemandirian desa khususnya dalam kaitannya pemanfaatan dana desa untuk ketahanan pangan. Menurutnya, selain pengalokasian anggaran yang tepat, adanya inovasi desa dalam mengenali dan mengembangkan potensi wilayahnya menjadi kunci keberhasilan kemandirian desa.

“Salah satu contoh transformasi desa sangat tertinggal menjadi desa mandiri yang bisa kita teladani yaitu Desa Kandar di Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Desa tersebut pada tahun 2016 adalah salah satu desa dengan status desa sangat tertinggal, namun mereka mampu berinovasi dengan memanfaatkan sawah tadah hujan untuk mengembangkan kemandirian pangan. Mereka didukung pembentukan BUMDes dengan unit usaha utamanya penggilingan padi yang diselingi dengan pengembangan produk kerajinan tangan berbasis tenun. Pada tahun 2022, pendapatan desa mereka telah mencapai Rp 114 juta pertahun,” papar Frengky.

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Flores Timur, Paulus Petala mengungkapkan penyaluran dana desa sangat bermanfaat bagi masyarakat Kabupaten Flores Timur termasuk para petaninya. Melalui penyerapan dana desa yang efektif, para petani mampu melakukan pengembangan dan peningkatan produksi serta produktivitas pertanian khususnya pada komoditas jagung.

“Pada tahun 2022, hasil produksi komoditas jagung kami telah mencapai 32.724 ton. Adapun wilayah-wilayah yang memberikan sumbangsih cukup besar pada capaian tersebut dalam kaitannya pemanfaatan dana desa yaitu Desa Gekenderang dan Desa Bokang Wolomatan,” ungkapnya.

“Ke depan kami akan terus melaksanakan pembinaan, pendampingan dan memfasilitasi para petani sesuai dengan RKPDes dan APBDes untuk meningkatkan kesejahteraan mereka,” pinta Paulus.

Kepala Desa Gekengderan, Fidelis Notan Tukan menyebutkan penyerapan anggaran dana desa salah satunya dimanfaatkan untuk menjalankan program desa yaitu revolusi pertanian. Program tersebut merupakan konsep perkembangan pertanian yang bersifat kawasan atau cluster dan penyediaan akses pasar yang berkelanjutan dengan tujuan meningkatkan kembali gairah dan semangat bertani masyarakat.

“Melalui alokasi 20 persen dari dana desa ditambah dengan swadaya murni dari petani kami, mampu mengumpulkan anggaran pengembangan komoditas jagung dengan konsep revolusi pertanian sebesar Rp 349 juta,” sebutnya.

“Selanjutnya, dari anggaran tersebut kami mampu menghasilkan tonase jagung sebesar 150.408 kg jagung dengan harga pasaran Rp 5.200 perkilo. Sehingga, apabila dikalikan maka pendapatan kami mampu mencapai Rp 782 juta,” pinta Fidelis.(PW)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan