Krisis Beras di Malaysia, Parlemen Malaysia Minta Belajar ke Menteri Pertanian Indonesia
Pilarpertanian - Sejumlah anggota parlemen Malaysia meminta pemerintahan yang berkuasa saat ini untuk berguru kepada Menteri Pertanian Indonesia dalam mentransformasi pertanian tradisional ke pertanian modern. Menurut mereka, Indonesia merupakan negara yang berhasil memenuhi kebutuhan pangan selama lebih dari 10 tahun terakhir.
Untuk diketahui, saat ini Malaysia tengah dilanda krisis beras lokal yang mengakibatkan beras negerinya melambung tinggi. Sebagian parlemen menuding kelangkaan beras lokal dan kehadiran beras impor adalah permainan kartel dan oknum di dalamnya.
“Jadi kurang dari peristiwa peristiwa itu presiden Indonesia pada suatu ketika mengarahkan menteri pertanian untuk membuat transformasi pertanian dan mereka telah mentransformasi dari atas sampai bahwah pertanian. Dan hari ini Indonesia dia telah berjaya mengeluarkan hasil pertanian untuk kegunaan negara dia tanpa perlu mengimpor beras,” ujar Datuk Seri Panglima Bung Moktar Radin, anggota parlemen dalam sidang paripurna Malaysia beberapa waktu lalu.
Moktar mengatakan, kebijakan impor memang lumrah terjadi hampir di semua negara, akan tetapi apabila harga beras impor jauh lebih mahal dari beras lokal maka pemerintah wajib mengambil langkah dan kebijakan tepat bagi kepentingan rakyat Malaysia.
“Impor makanan ini bukan berlaku sejak negara kita saja, tetapi termasuk juga negara Indonesia. Yaitu di Indonesia ketika harga gabah padi mencapai 40 dolar,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, seorang anggota parlemen lainnya juga melakukan protes kelangkaan beras lokal dan naiknya beras impor di Malaysia. Dia bahkan menyindir pemerintahan yang berkuasa dengan sebuah nyanyian berjudul Andai Kau Tahu.
“Andai ku tahu, menteri pun tahu. Bila tiada beras tematan ambil yang impor dari rasanya sama tapi harganya beda. Rasanya sama tapi tempat nya beda,” katanya.
Di Indonesia, Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman dikenal sebagai pionir dari transformasi pertanian tradisional ke pertanian modern. Hasilnya, Indonesia mencapai swasembada pada 2017, 2019, 2020 dan 2021. Dalam berbagai kesempatan, Mentan Amran mengatakan bahwa mekanisasi merupakan kunci dalam meningkatkan produksi.
“Alsintan (alat mesin pertanian) itu mampu menekan biaya produksi hingga 50 persen. Kemudian bisa mempercepat produksi dan masa panen sehingga prosesnya lebih cepat. Alhamdulillah kita sudah swasembada dan hari ini kita juga menuju swasembada,” jelasnya.
Tak kurang-kurang Presiden Prabowo Subianto memberikan apresiasi tinggi kepada Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman atas kinerjanya dalam mengendalikan situasi pertanian di Indonesia. Hal ini disampaikan Presiden Prabowo dalam pertemuan strategis dengan Mentan Amran, di Kantor Pusat Kementerian Pertanian (Kementan) Jakarta.
“Saya ucapkan terima kasih kepada Pak Mentan atas pengendalian Anda terhadap situasi pertanian. Saya akui, ini sangat bagus. Tinggal semua unsur bekerja sama untuk memperkuat upaya ini,” ujar Presiden Prabowo.(ND)