Komisi IV Dukung Kementan Perluas Substitusi Pangan Lokal
Pilarpertanian - Anggota Komisi IV DPR RI, Muhammad Syafrudin merespon positif upaya Kementerian Pertanian (Kementan) dalam meningkatkan perluasan substitusi pangan lokal sorgum. Menurutnya, perluasan tersebut merupakan langkah tepat mengingat sorgum adalah kebutuhan pokok yang bisa menjadi pengganti gandum.
“Saat ini pembicaraan gandum sedang hangat di kalangan masyarakat. Itu semua karena dampak perang Rusia yang belum juga usai. Nah disisi lain, pemerintah sangat tepat melakukan penanaman. Saya kira ini perlu kita apresiasi,” ujar Syafrudin, Sabtu, 13 Agustus 2022.
Syafrudin mengatakan, sorgum, sagu dan juga singkong bisa dijadikan sebagai bahan tepung-tepungan. Dari sisi kualitas gizi dan kandungan kesehatan tubuh, sorgum lebih unggul karena disebut tanpa mengandung zat aloksan yang bisa menyebabkan diabetes.
“Nah, yang saya dengar sorgum, singkong dan juga sagu memiliki kandungan kesehatan yang lebih besar. Dan kalau ini benar, maka sudah saatnya Indonesia mulai mengembangkannya. Tentu Komisi IV akan terus mendukungnya,” katanya.
Disisi lain, kata Syafrudin, tingkat konsumsi gandum juga terbilang tinggi terutama yang berkaitan dengan produk olahan. Karena itu, substitusi pangan lokal bisa menjadi alternatif yang baik untuk kesehatan.
“Sudah saatnya kita berpikir cemerlang dengan memanfaatkan sorgum sebagai bahan pangan alternatif yang baik untuk kesehatan,” katanya.
Sebelumnya, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Tauhid mendukung penuh kebijakan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan) untuk memperkuat substitusi pangan lokal sebagai pilar kekuatan bangsa Indonesia.
“Saya mendukung kebijakan tersebut (diversifikasi pangan lokal) karena sangat bagus untuk memperkuat ketahanan pangan kita. Tapi menurut saya, kalau dijadikan pengganti dalam skala besar (industri) perlu ada sosialisasi yang masif dari pemerintah,” ujarnya.
Menurut Tauhid, diversifikasi pangan seperti sorgum dan sagu sangat bagus untuk mengurangi ketergantungan pangan utama seperti beras. Namun, itu semua perlu kajian yang komprehensif, harus menghitung berapa besar pangsa pasar dan kebutuhannya.
“Kalau sekedar bisa karena bagian dari tepung-tepungan, misal gandum saya yakin bisa. Cuma testing pasarnya harus dilihat kembali berapa persen substitusinya. Kenapa? karena marketnya kita belum tahu dan tren penggunaannya untuk apa saja,” jelasnya.(PW)