KTNA: Bertani Kini Lebih Mudah dan Menguntungkan

KTNA: Bertani Kini Lebih Mudah dan Menguntungkan
Redaksi dan Informasi pemasangan iklan Hubungi: Admin Pilarpertanian

Pilarpertanian - Pilar Pertanian – Menjalani aktifitas pertanian kini lebih mudah dan menguntungkan. Demikian disampaikan Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir, Kamis (21/3).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Mewakili petani, Winarno menyampaikan manfaat dukungan Pemerintah selama Pemerintahan Joko Widodo, begitu terasa dan tepat sasaran.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Pertama dari penyediaan air berupa bendungan-bendungan berjumlah 65 buah. Ada yang sudah selesai ada yg belum,” ujar Winarno dalam acara Sarasehan KTNA di Wisma Yampi, Jakarta Selatan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Winarno menambahkan, untuk sistem irigasi pemerintah membantu memperbaiki saluran air yang rusak, membuatkan embung-embung (waduk kecil). Karena selama ini lahan pertanian tidak sepenuhnya mendapat pengairan yg ideal.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Embung yang jumlahnya bisa mencapai 30 ribu di seluruh Indonesia ini dibuatkan untuk menghadapi Elnino. Jumlah ini bisa mengairi lahan Pertanian hingga 4 (empat) juta hektar (ha),” rincinya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sejak 2015 petani juga mendapatkan bantuan berupa subsidi benih. Untuk meningkatkan indeks pertanaman dibantu dengan mekanisasi pertanian dari yang kecil hingga yang besar. Termasuk dryer (mesin pengering) bagi petani jagung. Jumlahnya mencapai puluhan ribu. Winarno mengakui belum semua kelompok tani mendapatkan bantuan dalam bentuk alat mesin pertanian (Alsintan) ini. Tak dipungkiri bantuan ini efektif menekan biaya tenaga kerja.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Termasuk juga mesin panen. Potensi kehilangan saat panen saat ini berhasil diturunkan menjadi 3-4 persen saja. Kedepannya kita targetkan 2-3 persen. Bahkan seperti di Jepang, 1-2 persen saja. Kita optimalkan dioperatornya nanti diberi pelatihan dan pembekalan lagi,”jelas Winarno.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Ia menggambarkan, dulu saat panen masih menggunakan cara tradisional menggunakan arit, kehilangan saat panen mencapai 10 persen disebabkan rontok. Berapa persen yang terselamatkan setelah adanya bantuan mekanisasi bisa dengan mudah dihitung. Dan menurutnya ini menjadi keutungan langsung bagi petani.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Untuk menghadapi Elnino tahun ini, kita juga Insyaa Allah lebih siap dengan bantuan perbaikan irigasi dan embung tadi. Harapannya Elnino di 2019 ini tdk terlalu berdampak pada pertanian. Demikian juga keterangan yang kami dapat dari BMKG,” tambahnya optimis.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Resiko bertani kini juga relatif lebih kecil setelah ada bantuan asuransi pertanian. Saat ini memang baru sebatas petani padi dan ternak. Ke depan ia mendapat kepastian juga akan dilebarkan ke petani jagung dan komoditas lainnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Manakala petani menghadapi resiko pertanaman ini berguna untuk meminimalisir kerugian. Dengan membayar Rp 36 ribu saja, saat gagal panen hingga 70 persen mendapat penggantian 36 juta rupiah,” pungkasnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Ada pula permasalahan dulu selalu menghantui petani, tetapi kini sudah ada solusinya. Yakni panen di musim hujan, yang mengakibatkan hasil tani tidak terjual bahkan busuk. Kini Pemerintah mengarahkan petani agar panen di waktu yang tidak bersamaan. Dalam hal stabilisasi harga Winarno berharap pada peran penting Bulog. Agar dapat menyerap hasil panen, untuk melindungi petani dari kerugian besar.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Satu lagi, Kami juga merasa dilindungi dari serbuan produk impor. Kami apresiasi hal ini sebagai keberanian Menteri Pertanian Amran Sulaiman untuk membatasi impor hasil produk pertanian,” jelasnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
KTNA Mart Solusi Menambah Nilai Produk Pertanian
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Berbagai dukungan Pemerintah di atas, membuat jumlah produksi berbagai komoditas terus merangkak naik. Untuk membantu memasarkannya dengan nilai jual yang lebih baik, KTNA terus berinovasi salah satunya dengan menyiapkan KTNA Mart.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Ide ini bermula dari kegelisahan KTNA melihat kurang dipasarkannya olahan hasil pertanian Indonesia di pasar ritel. KTNA Mart diminta menjajakan minimal 30 persen produk pertanian lokal. Dan terus dinaikkan secara bertahap.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sebagai contoh produk lokal yang potensial dipasarkan, KTNA menghadirkan sejumlah UMKM yang mengolah hasil produk pertanian.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Salah satunya Ibu Lasmi dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Jakarta Selatan, yang sangat terkenal keberhasilannya mengembangkan kami jamu gendong. Sayangnya ia merasa kesulitan meluaskan pasar jamu racikannya, yang ia jamin keaslian dan kemurnian penggunaan bahan-bahannya. Sekaligus tanpa menggunakan bahan pengawet.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Salah satu racikan saya uang mulai populer adalah Sanapis. Yaitu campuran sawi, nanas, dan jeruk nipis. Ini berkhasiat untuk melancarkan pencernaan, mencegah osteoporosis, menurunkan kadar kolesterol, dan bisa meredakan batuk. Tapi saya kesulitan masuk ke pasar ritel karena ada biaya-biaya yang memberatkan untuk UMKM,” ujar Lasmi.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Ia berharap peningkatan produksi yang telah dicapai dengan segenap dukungan Pemerintah melalui Kementan, dapat disinergikan dengan membuatkan sebuah wadah untuk memasarkan produk-produk hasil olahan hasil pertanian. (RS).

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan