Gerakan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Hortikultura Sebagai Langkah Cepat Menyambut Hari Raya Natal dan Tahun Baru
Pilarpertanian - Kementerian Pertanian terus mengambil langkah cepat dalam rangka mengamankan ketersediaan produksi pangan strategis terutama dalam menyambut perayaan Hari Besar Keagamaan yaitu Natal dan Tahun Baru. Hal ini diungkapkan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman (AAS) dalam beberapa kesempatan, Mentan mengatakan, ketersediaan pangan utama mutlak di jaga di seluruh wilayah Indonesia. “Kondisi Negara kita saat ini tidak dalam kondisi biasa-biasa saja, namun menghadapi El Nino yang cukup hebat yang diperkirakan bisa sampai awal tahun 2024. Kita memasuki fase El Nino Gorilla dimana kondisi kekeringan akan berlanjut dengan curah hujan di bawah normal. Oleh karena itu, kita harus bergerak cepat dan memastikan kondisi ketersediaan pangan khususnya padi, aneka cabai dan bawang merah serta bahan pangan lainnya tersedia,” ungkap Andi Amran Sulaiman.
Menindaklanjuti arahan Mentan AAS, Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto menjelaskan bahwa kondisi ketersediaan pangan khususnya bawang merah dan aneka cabai masih kondisi aman. “Saat ini kondisi bawang merah di lapangan ada yang sementara panen, panen dan bahkan ada yang baru tanam, sehingga pertanaman dan ketersediaan aman. Begitupun halnya untuk aneka cabai kondisi lapangan ada yang lagi panen dan tanam. Harga di tingkat petani memang bervariasi khususnya cabai merah di harga kisaran Rp. 45.000 – 50.000,” ungkapnya.
Anton menambahkan bahwa kondisi El Nino Gorilla saat ini memang menjadi salah satu faktor pembatas terkait dengan kondisi pertanaman di lapangan. “Saat ini beberapa lokasi ada serangan OPT seperti serangan ulat daun dan thrips pada bawang merah serta serangan Antraknosa/bercak buah, virus kuning melanda pada beberapa lokasi penyangga cabai dan bawang merah nasional,” ungkapnya.
Mengatasi hal tersebut, Plt. Sekjen Kementan itu menjelaskan bahwa langkah preventif dan kuratif sudah dilakukan dengan kegiatan gerakan pengendalian. “Ya gerdal itu sudah kita lakukan sekitar 6.800 Ha, penerapan PHT di 145 kelompok dan penanganan fasilitasi dampak perubahan iklim berupa sumur dalam, sumur dangkal, pompa air, irigasi sederhana, pipanisasi. Alhamdulillah masih dapat tertangani dengan baik di lapangan”, ungkapnya.
Sejalan dengan hal tersebut, Direktur Perlindungan Hortikultura, Jekvy Hendra bersama tim langsung bergerak cepat turun lapangan ke lokasi penyangga aneka cabai, di Kab Maros. “Kami bersama tim bergerak cepat memastikan kondisi lapangan. Kondisi aneka cabai di Kecamatan Tanralili, Cenrana, Camba dan Mallawa dengan kondisi pertanaman eksisting seluas kurang lebih 250 Ha ada yang panen dan ada baru tanam,” terang Jekvy.
Berdasarkan pengamatan di lapangan ditemukan adanya serangan OPT seperti thrips dan antraknosa pada tanaman cabai. Pengendalian langsung dilakukan melalui kuratif sekaligus preventif bagi pertanaman yang masih eksisting di lapangan. Tim bergerak cepat melakukan Gerakan Pengendalian (Gerdal) Pemberian Agen Pengendali Hayati (APH) bekerja sama dengan IP3OPT wilayah Maros turun tangan untuk menfasilitasi pemberian trichoderma, PGPR dan POC. Jekvy menambahkan bahwa penambahan Trikompos yang sudah matang dengan dosis 5-10 ton per ha menjadi hal yang segera diimplementasikan oleh para kelompok tani.
Muh. Shaleh, ketua Kelompok Tani Sejati yang juga merupakan petani milenial Kecamatan Cenrana saat ditemui di lapangan, tepatnya di Desa Cenrana Baru, Kec Cenrana menjelaskan bahwa di wilayahnya saat ini fokus pada budidaya aneka cabai khususnya cabai besar kurang lebih 30 Ha. Saat ini kondisi pertanaman cukup bagus, tingkat serangan OPT terkendali khususnya antraknosa dan busuk buah. Kelompok kami baru panen ke 4 sehingga kami berharap ketersediaan aneka cabai aman sampai Natal dan Tahun Baru.
“Kami memberikan apresiasi kepada Kementan yang bergerak cepat dalam penanganan DPI dan OPT di lapangan. Terima kasih kami sampaikan kepada tim POPT yang memberikan bimbingan dan pendampingan OPT ramah lingkungan di lapangan. Kami bersama kelompok akan fokus pada penggunaan Agens Pengendali Hayati : PGPR, Trichoderma, pupuk organik cair dan Pupuk Kompos di lapangan”, tutupnya.(ND)