Lewat Genta Organik, Kementan Dampingi Petani Tingkatkan Produksi Pertanian

Lewat Genta Organik, Kementan Dampingi Petani Tingkatkan Produksi Pertanian
Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi Saat Mengikuti Acara Soft Launching Training of Trainer Genta Organik di Ciawi, Bogor, Jawa Barat.

Pilarpertanian - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) terus memberikan dukungan kepada para agar tetap meningkatkan produksi dan produktivitas di saat harga pupuk melejit.

Dukungan tersebut salah satunya melalui Gerakan Tani Pro Organik atau biasa disebut Genta Organik. Gerakan ini sendiri mengajak para petani membuat pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah secara mandiri.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengajak para petani di seluruh Indonesia untuk meningkatkan penggunaan pupuk sendiri alias pupuk organik. Sebab, jumlah ketersediaan pupuk subsidi yang ada saat ini sangat terbatas.

“Belum lagi bahan baku pupuk seperti gugus fosfat yang sebagian besar dikirim dari Ukraina dan Rusia tersendat karena perang keduanya. Jadi yang tidak dapat pupuk subsidi segeralah menghadirkan pupuk organik,” tutur Mentan Syahrul.

Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi mengatakan, peningkatan harga pupuk 50-300 persen ini berdampak pada produksi dan produktivitas pertanian. Sebagaimana diketahui, pupuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan produktivitas 15-70 persen.

“Tentu hal ini tidak bisa dibiarkan. Apapun yang terjadi yang namanya produksi dan produktivitas pertanian tidak boleh bersoal, termasuk meskipun harga pupuk melejit,” ucap Dedi pada acara soft launching Training of Trainer Genta Organik di Ciawi, Bogor, Kamis (8/12).

Dedi mengatakan, Kementan telah membulatkan tekad untuk mendukung para petani untuk tetap menggenjot produksi dan produktivitas di saat pupuk kimia mahal melalui Genta Organik.

“Genta Organik hadir dalam rangka mengantisipasi krisis pangan global. Genta Organik adalah solusi untuk tetap menggenjot produksi dan produktivitas pertanian di saat pupuk kimia mahal,” kata Dedi.

Disebutkan Dedi bahwa dari berbagai hasil riset dan penelitian, termasuk pengalaman para petani itu sendiri ternyata yang mampu menyuburkan tanah bukan hanya pupuk kimia, tapi juga pupuk organik, hayati dan pembenah tanah.

“Pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah itu petani bisa buat sendiri asalkan ada kemauan. Artinya, untuk menyuburkan tanah tidak ada alasan gara-gara pupuk mahal kita diam. Proses penyuburan tanah, peningkatan produktivitas dan produksi harus terus kita lakukan kalau kita tetap ingin eksis di muka bumi ini,” imbuh Dedi.

Sebagai informasi, Training of Trainer ini akan dilaksanakan selama tiga hari dari tanggal 8-10 Desember 2022. Kegiatan ini akan membahas permasalahan pupuk dan solusinya untuk disampaikan penyuluh kepada petani agar tetap menggenjot produksi dan produktivitas pertanian.(BB)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan