Luas Tanam Bawang Putih Meningkat Tajam, 2021 Swasembada Optimis Terwujud

Luas Tanam Bawang Putih Meningkat Tajam, 2021 Swasembada Optimis Terwujud
Redaksi dan Informasi pemasangan iklan Hubungi: Admin Pilarpertanian

Pilarpertanian - Pilar Pertanian – Kementerian Pertanian (Kementan) optimis target swasembada bawang putih di tahun 2021 terwujud.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Alasanya terjadi peningkatnya luas tanam yang sangat drastis dan berkembang di banyak daerah dalam dua tahun terakhir.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Diharap produksi dalam negeri segera mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri yang selama ini sebagian besarnya dari impor.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Luas tanam bawang putih 2019 hitungan kami sekitar antara 20.000 hingga 30.000 hektar. Kalau tahun depan 2020 kita ada tambahan penanaman lagi sekitar 20.000 lebih hektar jadi mencapai 40.000 lebih hektar. Terakhir tahun 2021 kita harus genjot minimal 30.000 hektar maka di tahun 2021 kita mencapai penanaman sekitar 70.000 hingga 80.000 hektar.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Jadi cukup untuk memenuhi kebutuhan bawang putih nasional,” demikian dikemukakan Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Hortikultura, Dr. Moh Ismail Wahab pada acara Bincang Asik Pertanian Indonesia (BAKPIA) yang dihelat langsung di lahan pertanaman bawang putih di Desa Langensari, Kecematan, Sukareja, Kabupaten Sukabumi.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Ismail menjelaskan adanya kepastian produksi tersebut mampu memenuhi kebutuhan sendiri karena total kebutuhan setiap tahunnya mencapai 500.000 hingga 600.000 ton yang dipenuhi dari impor, sehingga luas tanam 80.000 hektar jika produktivitasnya 6 ton per hektar, hasilnya mencapai 480.000 ton.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dengan demikian, swasembada berhasil diwujudkan karena swasembada itu tidak harus kebutuhan pangan itu dipenuhi 100 persen dari produksi sendiri.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Artinya produksi sendiri yang 80-90 persen saja kita bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri maka bisa dikatakan sudah mampu berswasembada.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Jadi bawang putih ini bukan hanya masalah impornya saja , tidak hanya sebatas harga yang kemarin naik, tapi lihat sekarang pertanaman bawang putih sudah berkembang di Indonesia, termasuk di wilayah Sukabumi ini,” jelasnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Lebih lanjut Ismail menegaskan kerja keras Kementan di era pemerintahan Jokowi-JK patut menjadi catatan penting sejarah dalam meningkatkan luas tanam bawang putih. Lihat saja, dari hasi identifikasi ternyata luas bawang putih Indonesia pada tahun 2016 hanya 1.900 hektar dan hanya ada di 6 lokasi di seluruh Indonesia.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Namun demikian, setelah ada Program Upaya Khusus percepatan swasembada bawang putih yang dicanangkan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman pada tahun 2016-2017, pertanama bawang putih berkembang di 78 lokasi dengan luasanya mencapai 5.400 hektar lebih. Dengan demikian, luas bawang putih menjadi 7.000 lebih hektar.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Kemudian di tahun 2017-2018 perluasannya dikembangkan lagi menjadi sekitar 8.000 hektar lebih untuk 110 kabupaten.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Jadi semula itu bawang putih hanya ada di 6 kabupaten, sekarang ini sudah ada di sekitar 110 Kabupaten lokasi pengembangan di wilayah Indonesia. Itulah yang menjadi salah satu optimisme kita untuk swasembada bawang putih,” tegasnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Kenapa Bawang Putih Masih Impor
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Ismail menjelaskan Indonesia sekitar tahun 1994-1995 pernah berhasil memenuhi kebutuhan bawang putih sendiri.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Pada saat itu kita memiliki pertanaman bawang putih mencapai sekitar 22.000 hektar.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Produksinya mencapai 150.000 ton, cukup memenuhi kebutuhan karena jumlah penduduk yang tidak sebanyak saat ini.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Namun demikian, lanjut Ismail, seiring dengan adanya krisis moneter dan dibukanya keran impor yang saat itu harganya relatif lebih murah, sehingga akhirnya produksi bawang putih dalam negeri tidak bisa bersaing dengan bawang putih yang di datangkan dari luar.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dampaknya adalah harga bawang putih dalam negeri setiap tahun terus menurun sampai terakhir pada tahun 2016.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Jadi 25 tahun lebih, atau menteri-menteri sebelumnya tidak pernah menyinggung tentang bawang putih ini.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Tapi di jaman Menteri Pertanian Amran Sulaiman setelah tahun kedua pertanaman bawang putih menjadi salah satu komoditas unggulan yang harus digenjot produksinya dan ditargetkan harus swasembada,” jelasnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Waktu itu beliau hadir pada acara di Temanggung dalam acara pertanaman cabai. Saat itu ada yang menyampaikan bahwa dulu lahan itu adalah lahan bawang putih.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Di situlah terus bawang putih mulai diprogramkan oleh Kementerian Pertanian,dan kita menargetkan capaian untuk swasembada bawang putih pada tahun 2021,” sambung Ismail.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Yasid Taufik menambahkan guna meningkatkan luas tanam bawang putih dan jaminan ketersediaan benih, Kementan sejauh ini telah menerapkan wajib tanam bagi importir sebanyak 5 persen dari total rekomendasi impornya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Kementan menerbitkan Rekomendasi Izin Produk Hortikultura (RIPH) 2017 kepada 81 importir dengan luas wajib tanam seluas 8.335 hektar dengan realisasi tanam seluas 2.438 hektar.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Selanjutnya, RIPH 2018 diterbitkan kepada 82 importir dengan luas wajib tanam seluas 7.884 hektar, realisasi tanam seluas 2.892 hektar.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Sampai dengan tanggal 29 Mei 2019, RIPH 2019 telah diterbitkan bagi 30 importir dengan luas wajib tanam seluas 3.215 hektar, realisasi tanam seluas 867 hektar,” sebutnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Terhadap importir yang tidak menyelesaikan kewajiban tanamnya sesuai batas waktu yang ditentukan, yaitu 1 tahun sejak tanggal penerbitan RIPH, maka tidak dilayani pengajuan RIPH periode berikutnya,” sambung Taufik.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Masih di tempat yang sama, Akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Sobir mengapresiasi tekad Kementan yang menargetkan Indonesia harus mampu memenuhi bawang putih secara sendiri.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sebab, ia merupakan salah seorang yang selama ini menginginkan tanaman bawang putih menjadi komoditas unggulan Indonesia.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Selain itu, impor hanya menguntungkan petani China sehingga adanya target swasembada bawang putih, anggaran yang dikeluarkan untuk impor dapat dialihkan untuk dinikmati petani sendiri.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Kalau kita impor setiap tahunnya 570.000 ton, berarti kita kasih China sekitar Rp 8 triliun. Tapi jika kita bisa produksi sendiri hingga kita bisa swasembada, uang ini dinikmati oleh petani kita sendiri,” ujarnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Untuk meningkatkan produksi bawang putih Indonesia, Prof Sobir menuturkan perlu dikembangkan varietas bawang putih yang khusus untuk dataran rendah dan menengah.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sebab untuk lahan di dataran tinggi banyak komoditas yang bersaing.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Untuk itu kita perlu kembangkan teknologi tinggi, dengan pola budidaya agar produktivitsnya meningkat. Di luar negeri tidak prlu di dataran tinggi atau rendah, karena suhunya sudah pas,” tandasnya.(DYN)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan